Pada masa kini dan nanti, perpustakaan akan lebih aktif dan proaktif. Maksudnya, petugas perpustakaan aktif mempromosikan buku-buku yang ada di tempatnya kepada stakeholder internal seperti para guru dan siswa/mahasiswa setempat.
Kepala sekolah dan petugas perpustakaan harus juga pandai menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Misalnya, dengan pengelola perpustakaan di sekitarnya, dengan pemerintah daerah, dan Perpusnas RI. Bisa pula dengan yayasan (foundation) yang memungkinkan diajak bekerja sama.
Ketiga, perpustakaan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Perpustakaan sudah mengalami kemajuan yang pesat. Ketika teknologi sudah demikian majunya, perpustakaan pun turut memanfaatkan kemajuan tersebut.
Dengan perantaraan teknologi informasi dan komunikasi, perpustakaan bisa melayani para pelajar dan masyarakat pada umumnya dengan lebih baik.
Kini mulai digalakkan pemanfaatan aplikasi (sstem informasi). Sekadar contoh, Perpusnas RI menggunakan iPusnas. Di daerah digunakan pula aplikasi sejenis agar masyarakat bisa menikmati buku-buku dengan lebih mudah.
Dengan aplikasi tersebut, diharapkan masyarakat pengguna perpustakaan atau para pemustaka lebih gampang mengakses buku-buku perpustakaan yang berupa e-book. Masyarakat bisa mengakses perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan. Inilah hakikat dari e-library.
Keempat, perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Perpustakaan saat ini tidak bisa lagi berdiri sendiri. Ia mesti terkoneksi dengan lembaga atau aktivitas lain selain membaca.
Perpustakaan berbasis inklusi sosial dimaksudkan perpustakaan digelar bersamaan dengan berbagai kegiatan lainnya dan saling mendukung satu sama lainnya. Di dalamnya ada kerja sama antarlembaga.