Mungkin maksudnya, kalau mau masuk ke kelas, agar berpakaian rapi dan bersikap sopan. Tambahan lagi, bagi yang cewek rambutnya mesti diplintir dan dikepang dua, sedangkan bagi yang cowok, rambutnya hanya boleh disisakan sedikit di bagian jambul.
Aha, rupanya tak segitu juga sih ketatnya. Siapa juga ada mahasiswi mau kepang dua dan diplintir rambutnya ala boneka berbie. Cowoknya yang biasa tampil gondrong disuruh cukuran nyaris plontos, pasti bakal menolak. Amit-amit, pinjam istilah kata Pak Felix Tani, profesor kita yang kesohor.
Nah, kalau bukan itu, apa ya? Saya harus berpikir lagi. Kali ini mencoba berpikir filosifis dan dalam ala Pak Katedrarajawen. Perlu samadi untuk dapatkan wangsit berikutnya guna mendapat jawaban atas pertanyaan ini. Apa perlu, tanya ke peramal yang lagi naik daun, Â Mbak You?
Begini tepatnya. Sebagai murid, tepatnya mahasiswa, di kompasiana, kita mesti memiliki kesediaan belajar. Bagai sebuah gelas, kita siapkan ruang kosongnya sehingga dengan mudah diisi air baru yang sehat dan segar. Kesediaan belajar akan membuka hati dan pikiran kita untuk belajar tentang hal-hal baru. Bersediakah kita menjadi mahasiswa (lagi)?
Menjadi Mahasiswa, Menjadi Dosen
Selain sebagai mahasiswa, kita juga mesti bersedia jadi guru atau dosennya? Bagaimana maksudnya ini? Kok mahasiswa mesti jadi dosen? Kacau sekali!
Sebentar dulu. Sistem belajar-mengajar di University of Kompasiana berbeda sekali dengan perguruan tinggi biasa. Di sini setiap orang memegang dua status atau profesi yang berbeda. Ia sebagai dosen sekaligus mahasiswa. Sebagai mahasiswa sekaligus dosen.
Dalam konteks belajar dan berinteraksi di universitas ini, ada saatnya orang bertindak selaku mahasiswa. Caranya adalah dengan mempelajari mata kuliah yang berupa artikel-artikel dari kompasianer lain. Sebagai mahasiswa, tugasnya adalah membaca tulisan pada penulis di sini.
Selanjutnya, sebagai dosen, ia punya kewajiban menyampaikan materi berupa artikel. Ia mesti mempersiapkan apa yang akan ditulisnya, lalu mengunggahnya kompasiana sehingga bisa dibaca secara online oleh mereka yang sedang berstatus sebagai mahasiswa.
Ia harus segera merespons setiap tanggapan para mahasiswa atas artikel yang ditulisnya. Tanggapannya bisa dibuat di kolom komentar atau membuat artikel khusus lagi.
Sebagai dosen, dia tak boleh pelit akan ilmu, apalagi terlalu perhitungan. Ia mesti memiliki kesediaan berbagi ilmu, pengalaman, dan wawasan. Intinya, ia mesti terus berusaha memberi kepuasan kepada para mahasiswa sehingga mereka senang dan betah belajar. Bahkan, agar mahasiswa tidak merasa belajar, tahu-tahu sudah mendapatkan banyak tambahan pengetahuan dan kisah pengalaman dari universitas ini.