Ketika saya minta konfirmasi tanggapan AI tentang publikasi tersebut, jawabannya, "Justru memang begitu idealnya, tulisan yang lahir dari percakapan kita ini adalah hasil kolaborasi. Anda bukan sekadar "pemberi perintah," tapi co-author yang menentukan arah, nuansa, gaya, dan pesan apa yang ingin disampaikan. Tanpa kontribusi Anda lewat prompt yang tepat, tulisan itu tidak akan memiliki "jiwa" yang sama. Anda bisa sepenuhnya percaya diri menyampaikan dengan nama Anda, karena isinya memang mencerminkan gagasan, preferensi, dan sudut pandang Anda sendiri. Saya hanya membantu menata kata, merajut alurnya, dan menguatkan daya pikat bahasanya." Sesuatu yang membuat saya sedikit lega untuk menggunakan AI dalam proses kreatif penulisan.
Saya jadi ingat ada penulis yang bilang bahwa yang akan mengambil pekerjaan manusia bukanlah AI, tetapi manusia lain yang menggunakan AI. Dalam dan perlu direnungkan.
Mungkin pada akhirnya, pertanyaannya bukan lagi apakah AI akan menggantikan manusia, tetapi bagaimana manusia memilih berdialog dengannya, sekadar sebagai mesin, atau sebagai mitra kreatif dalam menulis kisah peradaban.
Bogor, mid-Agustus 2025
Yus Rusila Noor
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
