Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jiwa yang Terpecah

10 Januari 2023   22:16 Diperbarui: 10 Januari 2023   22:24 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mataku berat hari ini 

Sarat gemerlap airmata 

Hendak buncah tapi dia menggantung suka 

Menumpuk sesak kian berkarat 

Aku alihkan pandangan pada kejauhan 

Tetap saja membayang keonaran jiwa  mereka


Jiwa perempuan-perempuan yang ditimpa malang 

Dibalik ruangku, tepat di beranda tanahku

Banjir airmata kudengar menderu 

Menghabiskan segala kepercayaan terhadap dunia

Masihkah ada bahu diantara mereka untuk bersandar  

Masihkah ada hukum yang memayung hak mereka untuk terlindungi 

Atau sekedar slogan yang pernah keras digemakan 

 

Bisakah kau lihat kain-kain penutup keperempuannya yang dikoyak bar-bar syahwat

Lalu dibayar murah dengan hukum cuma bulanan dan cemoohan 

Padahal ia menanggung benih yang menjadi musuh masa depannya

Atau bisakah kau lihat  airmata itu akan terus menjadi banjir yang merusak 

Karena amarah, sakit, luka dan rasa hancur yang tak berkesudahan

Dari mata perempuan yang dijual bebas oleh bagian dari hidupnya

Sepanjang ingatan melekat, sepanjang masanya 

Jiwanya terbelah pecah, jejak tak terhapus

 

Diamku saja yang jauh bergemuruh 

Membuat percayaku pun musnah perlahan 

Kabar kabar yang memberi bilur dera 

Karena aku pun perempuan 

Ibuku perempuan 

Anakku perempuan 

Jika mereka menangis, aku pun berurai airmata 

Lalu berapa banyak yang harus jadi korban 

Dan berapa banyak generasi menanggung dendam

Oh serasa kegilaan mulai menyakiti nalar

Tangan tak berdaya, ucap pun cuma ikut berduka 

Tapi serasa mati pula hari ini

Macam mereka yang menanggung derita 

Begitu mungkarnya jaman sampai lari ke tepi-tepi jurang

Meski kabarnya bakal hilang jua di  hari esok  

 Tapi mata korban tetap diekori  sorot mata pelaku!

Adili! Adili!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun