Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Ketika Hati Bergelar Yatim Piatu"

3 Agustus 2021   22:02 Diperbarui: 3 Agustus 2021   22:06 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hatiku terlampau piatu
Menyaksi dengan terang
Keranda-keranda yang hilir mudik
Peti-peti yang ditanam tak henti-henti
Sampai air mata terhenti didada
Jiwaku terombang ambing dalam lautan
Suara ambulan, suara toa dukacita, suara tangis
Banjir kesedihan yang tak habis-habis
Hatiku  terlalu merasa yatim
Menyaksi dengan jiwa raga
Jaman yang tergilas lebih lekas
Membawa jutaan kenangan tanpa tanda
Melahirkan anak-anak  tergugu didepan pintu
Tanpa tahu harus berbuat apa selain kepiluan yang digenggam
Luka yang tak lagi memiliki jarak untuk dielakkan

Hari hari masih berduri
Melukai diri dengan beribu perih
Betapa rasa duka membanjiri  kesentausaan jiwa
Dipermainkan waktu yang merajam tanpa belas
Semacam dedaunan menguning tanpa daya
Rebah, ditengah desau angin yang memisau
Terlalu sembilu dirasa
Meski begitu,  kemauan untuk terus berdiri bangkit tetap tak surut
Pantang untuk nenghapus air mata dengan menyerah kalah
Meski dada sudah menyandang gelar yatim piatu hari ini
Disemogakan matahari esok bersinar hangat
Tanpa perlu lagi mengumpat takdir kehidupan kemarin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun