Mohon tunggu...
Dzikri Amrullah
Dzikri Amrullah Mohon Tunggu... Administrasi - Selamat Datang

Membaca | Menulis | Olahraga Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pram amrullahdzikri7@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Hal yang Tak Boleh Terlupakan - FiHi MA FiHi Jalaluddin Rumi

12 April 2020   22:55 Diperbarui: 12 April 2020   23:02 8125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktifitas yang dilakukan secara berulang dan terus menerus bisa menimbulkan sesuatu yang sacral menjadi biasa, menghilangkan nilai dan esensi yang terkandung didalamnya. Maka tidak heran apabila dalam menjalankan rutinitas, kadang-kadang kita merasa capek dan lelah. Jenuh dan membosankan. Seperti ingin keluar dari rutinitas yang selama ini kita jalankan.

Shalat misalnya. Shalat 5 waktu merupakan sesuatu yang sacral dan memiliki nilai yang luar biasa. Ia merupakan tiangnya agama. Bahkan ialah yang mampu membedakan muslim dan non muslim. Namun ketika kita menganggap bahwa shalat hanya sebatas rutinitas, tanpa didasari oleh keimanan yang kuat, maka nilai kesakralan itu akan hilang dengan sendirinya. 

Sehingga shalat kita tidak khusu, tergesah-gesah, ingin cepat selesai, dan lain sebagainya. Maka ketika nilai dan esensi dari shalat itu tidak ada, maka rasa capek dan lelah pun akan melanda. Alhasil kita akan malas untuk menegakanya. Mula-mula melalaikan waktu shalat, lama-kelamaan bisa meninggalkannya.

Kita lupa bahwa shalat bukan hanya sekedar gerakan dan bacaan. Sehingga kita menganggap itu hanya rutinitas yang harus terus digugurkan setiap waktu. Padahal itu adalah suatu bentuk persembahan kita sebagai mahkluk atas segala yang telah Allah Swt berikan kepada kita di dunia. Nabi berkata "Aku bersimpuh di hadapan Tuhan sepanjang malam. Dia yang memberiku makan dan minum."

Paragraph pertama mengingatkan kembali kepada kita bahwa ada visi  yang harus kita jalankan. Ada tugas yang tak boleh kita tinggalkan. Walau bagaimanapun dunia adalah tempat persinggahan yang mesti dipertanggung jawabkan. Hal ini sangat penting untuk kita tanamkan pada diri sendiri, sehingga setidaknya mengurangi nafsu keserakahan akan dunia yang bisa berdampak bukan hanya pada diri sendiri, melainkan juga orang lain.

Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dzalim, pejabat koruptor, pengambil hak orang lain, penindas yang lemah, si kaya yang kikir adalah akibat lupanya meraka akan satu tugas tertentu. 

Jika merujuk pada Firman Allah SWT Surat Az-Zariyat ayat 56 "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku", maka tidak mungkin mereka bertindak seperti itu.

Semakin kita ingat akan tugas kita sebagai manusia, semakin kecil nafsu dunia yang bergelora. Aku berterimakasih kepada Jalaluddin Rumi yang telah mengingatkan akan satu hal itu. 

Inilah yang mengilhami ku untuk menuliskan semuanya. Tidak bermaksud untuk menasehati, semata hanya ingin berbagi. Bisa jadi ini menjadi wasilah turunya hidayah kepada kita. Aamiin.

12/04/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun