Mohon tunggu...
Dzikri Amrullah
Dzikri Amrullah Mohon Tunggu... Administrasi - Selamat Datang

Membaca | Menulis | Olahraga Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pram amrullahdzikri7@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Hal yang Tak Boleh Terlupakan - FiHi MA FiHi Jalaluddin Rumi

12 April 2020   22:55 Diperbarui: 12 April 2020   23:02 8125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang berkata, "Ada sesuatu yang kulupa."

Rumi menanggapi, di dunia ini ada satu hal yang tidak boleh dilupakan. Jika kau lupa banyak hal, tapi masih ingat satu hal tersebut, maka tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Jika kau mengerjakan banyak hal dan tak pernah melupakanya, namun kau lupa pada satu hal tersebut, berarti engkau tidak mengerjakan apa pun. 

Sama seperti saat seorang raja mengutusmu datang ke sebuah desa untuk menjalankan satu tugas. Engkau datang ke desa tersebut lantas mengerjakan banyak hal. Jika engkau tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan sang raja, berarti kau tidak mengerjakan apa pun.

Demikianlah, sejatinya manusia datang ke dunia ini untuk mengerjakan satu tugas tertentu. Sesuatu yang menjadi maksud dan tujuannya. Jika ia tidak mengerjakanya, berarti ia tidak mengerjakan apa pun. (hal. 50)

Sepintas saja aku tak paham apa yang dimaksudkan oleh Rumi mengenai satu hal tersebut. Aku baca ulang bait-baitnya, hasilnya sama saja. Kulanjutkan baca diparagraf selanjutkan. Agak sedikit terang, dan membekas. Teringat-ingat maknanya namun susah untuk dipahami secara utuh. Ku baca lagi dengan perlahan dihari berikutnya, dan hasilnya lebih terang dari apa yang kudapat dihari yang lalu.

Seringkali kita  menghabiskan waktu dengan berbagai macam kegiatan, sehingga kita lupa dengan apa yang Allah amanahkan kepada kita. Setiap hari kita berangkat kerja, pergi pagi pulang sore, bahkan malam hari. Tetapi kita lalai untuk menegakan shalat 5 waktu. Kita hanya sibuk kesana-kemari untuk memenuhi kebutuhan diri (jasmanani) sehingga kita lupa untuk memenuhi kebutuhan diri yang lain, yaitu ruhani.

Jasmani dan ruhani memang satu kesatuan, tetapi hakikatnya memiliki tujuan yang berbda. Jasmani  adalah kendaraan yang hanya bisa kita pakai di dunia, setelahnya ia akan melebur kembali sebagaimana asalahnya, menjadi tanah. Pertarungan kebutuhan ruhani dan jasmani akan menentukan penyesalan atau kebahagiaan dimasa yang akan datang. Lebih mementingkan kebutuhan ruhani atau jasmani?

Hamka mengatakan dalam bukunya, kehendak nafsu biasanya manis dipangkal dan hambar ujungnya, dan kehendak akal, pahit dipangkal tetapi manis ujungnya. Artinya, apabila kita selalu memperturut kebutuhan jasmani yang notabene dikendalikan oleh nafsu, akan terasa pahit diakhir dengan kondisi menyesal. Sebaliknya, apabila kita selalu memperturut kebutuhan ruhani, meski terasa pahit dipangkal tetapi akan manis diakhir dengan kebahagiaan.

Oleh karenanya, diparagraf berikutnya Rumi mengibaratkan kita, manusia sebagai kuda, dan bumi sebagai kandangnya. Kebutuhan kuda dengan kebutuhan penunggang kuda tentu berbeda. Jangan sampai penunggang kuda hanya memperturutkan apa kehendak kuda, sehingga ia terjebak dalam kandang kuda. Artinya, ruh sebagai penunggang jasad harus mampu mengendalikan jasadnya untuk kebutuhan ruh. Sehingga jasad bergerak sesuai apa yang ditugaskan oleh Allah Swt. 

Kita terjebak dalam rutinitas. Kondisi-kondisi yang sacral akan berubah menjadi biasa ketika semua dilakukan hanya berdasarkan aturan baku yang dibuat oleh manusia. 

Aktifitas yang dilakukan secara berulang dan terus menerus bisa menimbulkan sesuatu yang sacral menjadi biasa, menghilangkan nilai dan esensi yang terkandung didalamnya. Maka tidak heran apabila dalam menjalankan rutinitas, kadang-kadang kita merasa capek dan lelah. Jenuh dan membosankan. Seperti ingin keluar dari rutinitas yang selama ini kita jalankan.

Shalat misalnya. Shalat 5 waktu merupakan sesuatu yang sacral dan memiliki nilai yang luar biasa. Ia merupakan tiangnya agama. Bahkan ialah yang mampu membedakan muslim dan non muslim. Namun ketika kita menganggap bahwa shalat hanya sebatas rutinitas, tanpa didasari oleh keimanan yang kuat, maka nilai kesakralan itu akan hilang dengan sendirinya. 

Sehingga shalat kita tidak khusu, tergesah-gesah, ingin cepat selesai, dan lain sebagainya. Maka ketika nilai dan esensi dari shalat itu tidak ada, maka rasa capek dan lelah pun akan melanda. Alhasil kita akan malas untuk menegakanya. Mula-mula melalaikan waktu shalat, lama-kelamaan bisa meninggalkannya.

Kita lupa bahwa shalat bukan hanya sekedar gerakan dan bacaan. Sehingga kita menganggap itu hanya rutinitas yang harus terus digugurkan setiap waktu. Padahal itu adalah suatu bentuk persembahan kita sebagai mahkluk atas segala yang telah Allah Swt berikan kepada kita di dunia. Nabi berkata "Aku bersimpuh di hadapan Tuhan sepanjang malam. Dia yang memberiku makan dan minum."

Paragraph pertama mengingatkan kembali kepada kita bahwa ada visi  yang harus kita jalankan. Ada tugas yang tak boleh kita tinggalkan. Walau bagaimanapun dunia adalah tempat persinggahan yang mesti dipertanggung jawabkan. Hal ini sangat penting untuk kita tanamkan pada diri sendiri, sehingga setidaknya mengurangi nafsu keserakahan akan dunia yang bisa berdampak bukan hanya pada diri sendiri, melainkan juga orang lain.

Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dzalim, pejabat koruptor, pengambil hak orang lain, penindas yang lemah, si kaya yang kikir adalah akibat lupanya meraka akan satu tugas tertentu. 

Jika merujuk pada Firman Allah SWT Surat Az-Zariyat ayat 56 "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku", maka tidak mungkin mereka bertindak seperti itu.

Semakin kita ingat akan tugas kita sebagai manusia, semakin kecil nafsu dunia yang bergelora. Aku berterimakasih kepada Jalaluddin Rumi yang telah mengingatkan akan satu hal itu. 

Inilah yang mengilhami ku untuk menuliskan semuanya. Tidak bermaksud untuk menasehati, semata hanya ingin berbagi. Bisa jadi ini menjadi wasilah turunya hidayah kepada kita. Aamiin.

12/04/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun