Mohon tunggu...
Inamu Dzakiyyatul Jamilah
Inamu Dzakiyyatul Jamilah Mohon Tunggu... Lainnya - Fb : Inamu dzakiyyatul jamilah, Instagram :Inamu_99

Mahasiswi "Ngono yo ngono nanging yo ojo ngono"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Itu Butuh Alasan dan Penjelasan

20 Oktober 2019   22:40 Diperbarui: 20 Oktober 2019   23:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(mamapedia.co.id) Anak bertanya, ibu menjawab

Mengapa demikian?

Perlu kita pahami dan kita renungi, bahwasanya Anak merupakan seseorang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, lalu bagaimana, sudah seharusnya orang tua memaklumi hal tersebut. Jadi, sangat wajar jika mereka banyak yang mengkritisi. bahkan, ketika mereka melihat sesuatu yang menurut mereka aneh atau sesuatu yang baru ia lihat, mereka bisa langsung penasaran dan bertanya.

hal yang menjadi fitrah anak adalah rasa penasaran, maka dari itu, anak juga membutuhkan banyak jawaban. tentu sebuah jawaban tersebut haruslah dapat memahamkan  anak, atau orang tua sebisa mungkin menggunakan bahasa yang sesuai perkembangan anak. karena anak itu berada pada sebuah masa di mana hal-hal konkrit harus dapat dilihatnya harus dapat ditunjukkan di hadapannya, dimana mereka bisa meminta hal-hal yang sifatnya logis. 

kecuali mengenai pemahaman mengenai keberadaan Tuhan atau yang berkaitan dengan hal ini, orang tua dapar menunjukkkan lewat ciptaan-ciptaanNya. 

seperti halnya bahagia, tentu mereka tidak cukup jika di suruh hanya membayangkan bahagia itu seperti apa. yang dapat di berikan orang tua ialah, bisa dengan menunjukkan langsung kepada anak misalnya, ketika melihat teman bermainnya sedang tertawa, "nah, itu adek melihat teman adek gembira dan tertawa, coba tanyakan kepadanya, apa kau sedang bahagia?" selain itu, juga dapat memberikan pemahaman, "terus lawannya bahagia apa dek? lawannya bahagia itu sedih,, contohnya kalau sedih adek bisa menangis, itu dikatakan sedang bersedih."

(Ternyata memberi pemahaman kepada anak itu susah guys),pada kenyataanya kita atau mereka tentu ada yang masih pragmatis dalam menyikapi kemunculan atau keinginan anak yang cenderung memaksa dan tidak bisa di tunda untuk menjawabnya. sehingga dari sinilah melahirkan jawaban-jawaban yang menekan pada anak, atau malah bisa saja melahirkan jawaban yang mengiyakan tapi dengan keterpakasaan, sampai sarkasme pada anak dengan mengeluarkan celaan-celaan. contohnya saja kalimat " Dasar anak nakal, plak". 

hal ini, masih banyak penulis temui khususnya di lingkungan penulis sendiri.

sejujurnya, penulis sendiri pernah membayangkan "bagaimana ya, menjadi orang tua itu?"

lalu bayangan-bayangan tersebut bermunculan, untuk menannamkan dalam diri bahwa solusi yang terbaik untuk mengetahui bagaimana perkembangan pada anak ialah komunikasi. ya, menjadi orang tua tentu bukanlah hal yang mudah, karena pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak, akan berpengaruh pada masa depan anak sendiri.

baru masalah mengenai "bagaimana jika anak bertanya" perkara bertanya pada anak, pada dasarnya merupakan sebuah spontanitas tentang rasa penasaran anak terhadap sesuatu, jawaban yang memuaskan ternyata bukanlah poin yang utama anak butuhkan(Miarti Yoga,2015).

mengapa demikian? karena yang mereka harapkan adalah respon. ya, respon atas celotehan anak sendiri kepada  orang tua anak atau orang yang sedang berada didekat anak. Jadi, apabila tidak adanya respon dari orang tua anak, hal ini akan membuat anak merasa kecewa dengan menampakkan dampak, anak mencari perhatian ke orang lain dengan tingkah-tingkah yang mengharuskan bagaimana ankan mendapat dari orang-orang tersebut.

maka hal di atas menjadi alasan, supaya para  calon orang tua, guru atau yang lainnya menyediakan stok redaksi kalimat sebanyak mungkin, ujtnuk dapat memberikan jawaban dan penjelasan  terbaik kepada buah hati.

Misalnya;

pada anak usia 2 tahun yang begitu penasaran dbermain pisau, posisi anak sudah memegang pisau, gunting atau benda tajam lainnya yang sulit untuk dilepaskan. maka yang dilakukan orang yang berada di dekat anak, khususnya orang tua  segera meraih dan mengambil benda itu. tetapi dengan memperhatikan bagaimana anak dapat melepaskan benda tersebut dan memberikan pemahaman, degan bahasa verbal yang ditunjukkan. contohnya 

"sayang, nak.. pisaunya lancip tajam nah, bukan untuk bermain ya nak, sini mama simpan dahulu...".

kemudian untuk si anak yang usia 5 tahun, misalnya berperilaku tidak sopan di rumah orang.

setiap anak yang terlahir, siapa pun itu, tidak mengerti atau tidak paham terhadap apa yang disebut, sopan, santun,tata krama, adab ataupun etika.

tapi sebenarnya, merekadapat dikenalkan dengan perkenalan yang manis mengenai Attitude-nya,  dengan kebiasaan berperilaku sopannya.

Tidak ada hal yang kecil untuk mewujudkan sesuatu yang besar, maka sekalipun seni berbicara. meski hanya nada suara yang tertata dan terpola, meski hanya bahasa tubuh, meski hanya kemampuan mendengar, memahami dan menyelami emosi anak, semuanya adalah upaya besar yang perlu kita tempuh dengan ikhlas, terbiasa dan istiqomah. (Source : Best Father Ever, miarti yoga)

(Salam sejahtera, salam hangat,semoga bermanfaat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun