Mohon tunggu...
Dahlia Yustina
Dahlia Yustina Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

simple - ada di : http://www.pondokdumeliadytna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[My Diary] Ternyata Sudah Kudustakan

13 April 2016   10:15 Diperbarui: 13 April 2016   10:26 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="my diary fiksiana community"][/caption]No. 86. Dahlia Yustina 

Dear diary...

Aku ingin menceritakan beberapa hal, bahkan banyak hal yang telah aku alami dalam perjalanan hidupku. Mungkin ini bukanlah sesuatu yang luar biasa bagi sebagian orang, tapi entah mengapa... aku , saat ini selalu memikirkan tentang beberapa hal yang pernah aku alami tersebut.

Diary...aku mulai saja dari kejadian paling baru yang aku alami. Suatu malam selepas magrib, kami...aku dan suamiku berencana akan menghadiri undangan seorang kerabat, suamiku memutuskan untuk pakai motor saja, karena pertimbangannya tempatnya tidaklah terlalu jauh dan nanti susah buat parkir, aku menurut saja...toh cuaca malam itu sangat cerah, kupikir hari tidak bakalan hujan, akhirnya kami pun berangkat berdua.

Diary...aku heran kenapa suamiku tidak melewati rute yang kami lalui, kami berputar dulu kearah kota. Suamiku bilang 'kita jalan-jalan aja dulu', aku setuju saja. Motor berjalan pelan dijalurnya, kami ngobrol sambil tertawa-tawa persis sepasang remaja.

Diary...tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara berderit keras sekali, aku menoleh kebelakang, ternyata sebuah mobil kijang yang di rem mendadak oleh pengemudinya dimana posisinya hampir menempel dibelakang motor. Aku menjerit, suamiku membanting motor kekiri, beruntung posisi motor tetap stabil dan kami tidak sampai terjatuh. bayangkan tepat didepan motor terhenti dipangkal jembatan yang akan kami lalui terdapat  sungai berarus deras dan berbatu. Mobil kijang terus dipacu  tak mempedulikan apa yang terjadi, kulihat kaca mobil itu gelap tak ada bayangan yang terlihat, lampu-lampu bagian luar mobilpun tak ada terlihat menyala  sama sekali. entah apa yang terjadi dengan sopir mobil itu, mungkin ada sesuatu sehingga dia tidak sempat lagi untuk berhenti barang sebentar.


Diary...aku sangat shock dan menangis dipinggir jalan. Suamiku dan beberapa orang disana berusaha menenangkanku, tubuhku bergetar, walaupun suamiku terlihat lebih tenang tapi aku tahu apa yang dia rasakan, diary...yang ada dipikiranku saat itu hanyalah wajah polos ketiga anakku, aku tak dapat membayangkan seandainya malam itu terjadi sesuatu pada ayah ibu mereka. Duh gusti...akhirnya kami membatalkan undangan itu dan pulang kerumah, tak henti-hentinya bersyukur ternyata tuhan masih memberikan kami kesempatan hidup dan harus lebih berhati-hati dalam segala hal.

Dear diary...banyak kejadian-kejadian yang kualami, sepertinya cuma sesuatu yang biasa saja tapi jujur seperti yang sudah kukatakan sangat menganggu dan memaksaku untuk berpikir dan merenung, seperti kejadian minggu lalu saat aku sedang belanja diwarung dekat rumahku, ada seorang ibu dan anaknya yang masih kecil dia juga berbelanja diwarung itu, wanita itu memperkenalkan diri padaku karena dia warga baru disini yang mengontrak dirumah petakan dibelakang rumahku, dia membeli dua kilo beras dan satu sachet susu untuk anaknya, wanita itu menceritakan keadaannya padaku, bahwa suaminya hanyalah seorang sopir yang penghasilannya tak menentu. Sepertinya tak ada beban sama sekali yang dia berlihatkan, terlihat dia optimis dan penuh harapan suatu saat hidupnya bisa lebih baik.

Diary...dihari sabtu tadi, aku membesuk dua orang kenalan yang sedang sakit, temanku yang satu  terkena stroke dan yang satunya lagi mengidap komplikasi diabetes, maag akut, jantung dan hipertensi. dua-duanya orang yang berada dan tidak pernah kekurangan secara materi, tapi hampir sebagian waktu mereka dihabiskan di rumah sakit dan mengkonsumsi obat-obatan

Diary...sebenarnya banyak kejadian lain yang menggugah perasaanku, tapi diary aku ingin jujur padamu, bahwa dalam perjalanan hidupku aku pernah merasa sampai pada titik terendah, aku marah pada keadaan, aku protes, aku mempertanyakan keadilan tuhan...duh gusti maapkan aku. Beruntung banyak yang mengingatkanku sehingga aku tidak terjerumus terlalu dalam dengan mendustakan nikmat dan anugerah yang sudah tuhan berikan untukku selama ini.

Diary...jika mengingat semua itu, aku merasa sangat malu..malu sekali. diary...coba kau lihat disaat orang lain mau makan saja susah tapi mereka tetap bersyukur, sementara aku...aku yang selalu makan tiga kali sehari, tak pernah beli beras kiloan masih saja bisa-bisanya protes pada tuhan. aku dan kami sekeluarga, diumur segini selalu diberi nikmat sehat sehingga bisa makan apa saja, tak perlu disibukkan dengan urusan obat-obatan dan rumah sakit, bisa kemana-mana yang aku mau, punya suami dan anak-anak yang luar biasa, apalagi yang aku cari dalam hidupku, mengapa aku masih saja merasa kurang, mengapa aku masih saja beranggapan seolah dunia ini tidak adil, mengapa aku menjadi kufur nikmat hanya karena keinginan-keinginanku tak tercapai,hanya karena cita-citaku tak terlaksana, padahal aku sudah tahu banyak orang-orang bijak berkata bahwa apa yang kita mau belum tentu itu yang terbaik buat kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun