Heboh ..?Â
Memang ..!
Tak bisa dipungkiri dan dielakkan
Lalu, apa hendak dikata?
Semua 'tlah terjadi dalam bingkai warta cerita
Kita hanya menyaksikannya dari hembusan
Bukan dari mata kepala nyata
dar ... dor ... dar ... dor ...
Terkulai sang laskar muda pengawal negara
Menghantarkannya menuju peraduan kekal selama-lamanya
Tragis, memang
Sadis, iya jua
Yang kita dengar, kita rasakan
Sebagai anak bangsa yang masih bernurani dan bernorma
Seperti tak percaya, namun nyata adanya
Sang kstaria perwira yang hampir sempurna
Tega tak dinyana, menghabisi anaknya sang laskar muda
Melangkahi kuasa Tuhan yang menciptakannya
Biadabkah?
Kembalikan jawabnya pada logika waras manusia!
Kita hanya bisa menduga tabir sebabnya
Tak perlu mencampuri urusannya
Sandiwara sedang menggelinding dimainkan
Oleh aktor-aktor antagonis anak negeri
Dalam skenario penuh rekayasa dusta menganga
Di ujung penantian saat ini kita berada
Menyambut putusan akhir dari sang arif bijaksana
Bersabarlah, biarlah mengalir menurut sejarah seperti apa
Karena kita hanya bisa bersuara, tak punya daya dan kuasa
Dan, biarkanlah sejarah yang akan menjawabnya ...
Kota Malang, Agustus di hari kedua belas, Dua Ribu Dua Puluh Dua.