Sementara itu, tanpa Stuti sadari..., Shavitri mengusap kain satin baru pada sabuk itu. Berwarna biru kehijauan. Persis seperti danau buatan di belakang gedung bisnis pertambangan Irodikromo.Â
Sesampainya di rumah, Stuti dan Shavitri menatap bingung ruang makan yang kosong. Makan siang Warsidi dan Jumira masih terbilang utuh, meskipun sudah ada bekas gigitan di ayam dan ikan goreng. "Jangan-jangan Ayah dan Ibu datang ke Gayatri lagi," gumam Shavitri takut.Â
Walaupun sempat bingung mengapa adik bungsunya ketakutan menyebut nama kembarannya sendiri, Stuti bergegas mengambil langkah pergi. Bertanya pada pelayan-pelayan di rumah mereka. Shavitri hanya mengikuti sang kakak dari belakang. Kecemasan semakin meliputi benak putri bungsu keluarga Irodikromo.Â
Saat Stuti baru memasuki pubertas, ada seorang pria--yang diduga anak pelayan--menyisipkan ponsel dengan kamera menyala ke kamar si sulung. Si penguntit tidak tahu kalau Gayatri ada di sana, dan dalam sekejap tangan anak laki-laki itu dipatahkan kembarannya. Ibu mereka mengumpulkan semua pelayan dan marah sekaligus kecewa mendapati salah satu di antaranya memiliki patah tulang tangan---yang berarti ucapan Gayatri benar apa adanya, ditambah ponsel yang jatuh ke dalam kamar Stuti. Sayangnya, Warsidi khawatir akan mendapat label majikan kasar, sehingga ia menampar Gayatri di depan semua pelayan.Â
Di balik batang pohon beringin yang berjarak sepuluh langkah, Stuti dan Shavitri menyaksikan Gayatri menggenggam pisau dapur. Enam pria dewasa dan remaja terkapar. Stuti membekap mulut, menghalau rasa muntah yang mendera. Barang vital di balik pesak para pria, tidak lagi menggantung sempurna.Â
Begitu Warsidi menyeret si bungsu masuk ke rumah, sorot mata dingin dan keraguan sepasang kembar-kembir itu beradu. Mengingat ucapan Gayatri semalam---saat Shavitri memergokinya akan mencekik Warsidi, 'Hidup bahagia dengan priamu, atau kamu tidak hidup sama sekali'. Warsidi tidak akan menerima calon menantu yang merupakan gigolo terkenal di desa.Â
Tengah malam, Shavitri mengikatkan sabuk Gayatri di pinggang. Menoleh ke jendela kamarnya, melihat tatapan Gayatri untuk terakhir kali, sebelum menceburkan diri ke danau. Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI