Mohon tunggu...
Dyah Ayu Anggara Shavitri
Dyah Ayu Anggara Shavitri Mohon Tunggu... An author and a long life learner

Saya adalah seorang penulis dan editor kreatif yang telah berkecimpung di industri konten digital, penerbitan buku, dan komunikasi strategis. Lulusan Ilmu Komunikasi Internasional dari LSPR Jakarta, saya menaruh perhatian besar pada narasi personal, storytelling bermuatan budaya, dan isu-isu sosial yang berkelindan dengan keseharian generasi muda urban. Berpengalaman sebagai content writer, copywriter, proofreader, dan editor akuisisi, saya juga aktif menulis fiksi dan nonfiksi dengan gaya khas: reflektif, emosional, dan kadang satir. Lewat blog ini, saya ingin berbagi keresahan, imajinasi, dan percakapan batin dengan siapa pun yang sempat singgah dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Danau Gayatri

23 Maret 2025   18:38 Diperbarui: 25 Maret 2025   16:01 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret dua wanita Asia/ Sumber: www.istockphoto.com

Udara dingin di tengah malam berbisik lirih di antara tirai kamar seorang gigolo, menerbangkan aroma serbuk bunga-bunga melati yang lembab---setelah hujan tadi sore. Peraturan dalam rumah bordil, semua pekerja harus saling berbagi kamar. Namun, jika mereka sudah ditandai oleh seseorang agar selalu melayani mereka saja, maka pekerja itu berhak memiliki kamar sendiri. Ruang pribadi yang berada satu lantai dengan sang Madam. 

Di kamar bernuansa merah remang, Dirga tak berhenti mengecupi bahu Shavitri yang tengah menggenggam tangan kirinya, di atas dada perempuan itu. Aroma dupa murahan bercampur dengan wangi parfum Shavitri. Wangi kayu cendana, melekat di sprei dan di kulit Dirga. Melayangkan pikiran pria itu ke pelosok hutan. Sebuah rumah yang bentuknya seperti pondok kurcaci dongeng Putri Salju, dikelilingi pohon pinus ... hanya dirinya dan Shavitri, tinggal bersama selamanya....

"Jangan kembali ke rumah itu," bisik Dirga, jarinya menyusuri lembut lekuk pipi Shavitri lembut.

"Ibu akan sedih, Mbak Stuti ... juga akan kecewa," jawab Shavitri tanpa menolehkan wajahnya pada sang kekasih. Jemari kanan perempuan itu yang melingkari punggung tangan Dirga mulai gemetar dengan sendirinya. "Andai aku bisa lebih berani..., seperti Gaya...."

Dirga tersenyum samar, tapi ada sebesit bayangan gelap di matanya. Lantaran sosok Gayatri---yang sering bermalam di kamar teman perempuannya berhari-hari, melintas di otak pria itu tanpa bisa ia cegah. "Aku lebih suka perempuan berwajah hangat."

Gadis itu menegakkan tubuhnya, membiarkan selimut jatuh, memperlihatkan kedua pundak sempitnya yang berkilau di bawah remang-remang lampu kamar Dirga. "Kamu pernah bertemu Gaya?!"

Kekehan Dirga semakin menguatkan rasa penasaran Shavitri. "Hanya sekali. Meski wajah kalian sama, tetapi aura dia lebih mirip ayah kalian. Garang!" 

Gantian Shavitri yang terkikik geli melihat kekasih prianya mengerucutkan bibir, dengan batang hidung sedikit mengerut sebal. Detik berikutnya Shavitri tenggelam pada kata-kata sindiran Dirga pada Gayatri, saudari kembarnya, yang sekali-kalinya bertemu---malah menatap pria itu penuh ejek. "Gerak mata Gaya meremehkan pakaianku, padahal kalau bukan karena suruhan Madam, aku juga tidak sudi mengenakan kain setipis itu!"

"Mungkin dia hanya merasa lucu, karena baru pertama kali melihat pria dalam balutan busana perempuan," hibur Shavitri. Ditambah fakta, Dirga hanya merupakan salah satu dari tiga gigolo di rumah bordil. Dirga berdecak, lalu menyusup ke dalam selimut, kembali membawa tubuh Shavitri berbaring---menyamping, menghadap wajahnya. Dirga mengusap pucuk hidung kekasihnya gemas dengan hidungnya sendiri, sebelum Shavitri memajukan wajah dan memagut manis bibir numpiknya yang tipis terasa meleleh di antara kedua belah birai montok gadis miliknya.      

Di luar, suara gelak tawa para pembeli bersahut-sahutan dengan musik mendayu yang menggema. Malam itu terasa sangat syahdu. Sementara itu, di dalam ruang yang Dirga sebut 'kamarku', dunia hanya miliknya dan Shavitri---untuk malam ini, setidaknya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun