Mohon tunggu...
dwita setyowati
dwita setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - 121811433090

Gulajawa04.id

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Movie Going", Aktivitas Masyarakat Kota Atasi Penat

13 Juni 2020   02:03 Diperbarui: 15 Juni 2020   01:11 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia perfilman di kota Kediri tidak selalu lancar dan mengalami keterpurukan. Keterpurukan industri perfilman nasional terjadi pada akhir tahun 1990. Kejadian ini membuat bioskop-bioskop yang tadi Berjaya mengalami kebangkrutan dan harus gulung tikar. 

Bioskop yang masih bertahan pada masa keterpurukan tersebut adalah Golden Theater. Golden Theater harus merangkak untuk mengatasi krisis yang melanda bahkan untuk menarik minat masyarakat pihak menejemennya mengadakan jumpa fans untuk meningkatkan antusiasme publik di Kediri dalam pergi menonton fim ke bioskop. 

Hal ini terbukti mampu meningkatkan pendapatan penjualan tiket di bioskop Golden Theater. Menurut Andiwi Meifiliana (2015: 414) bioskop Golden Theater mampu melewati keterpurukan dan bahkan bisa menambah cabang baru bioskop yaitu diwilayah Kabupaten Tulungagung.

Pada tahun 2019 Golden Theater kembali diuji dalam mempertahankan eksistensinya di mata masyarakat kota Kediri.

Mengutip Jawa Pos Radar Kediri, Kediri kota yang memiliki pendistribusian yang sangat bagus membuat para investor meliriknya. Salah satunya yaitu bioskop Cinema XXI yang tayang perdana pada 17 Mei 2019.

Bioskop ini siap menjadi kompetitor yang melegendaris yaitu Golden Theater. Kehadiran Theater baru tersebut menerima sambutan baik dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di kota Kediri. 

Keberadaan kompetitor dalam industri film yang ada di kota Kediri kembali mengingatkan masyarakat untuk bernostalgia di era kejayaan lima bioskop yaitu bioskop Jaya, bioskop Garuda, bioskop kencana, bioskop Sentral dan bioskop Pagora. Dari beberapa bioskop tersebut bioskop yang paling populer adalah bioskop Jaya. 

Adanya fenomena ketertarikan para investor dari luar kota ini adanya ativitas masyarakat dalam ruang kota. Menurut Fiske (1995: 36) bahwa ruang kota diorientasikan menjadi space of enjoyment yang diartikan sebagai ruang kesenangan atau ruang bersenang-senang yang memberi harapan dan mimpi-mimpi kebahagiaan bagi penghuni ruang kota. 

Namun, kota kerap menampakkan wajahnya yang tidak bisa diduga oleh siapapun. Pada satu sisi, kota menawarkan mimpi, menjadi ruang magnetik yang bisa menarik siapa saja untuk datang dan bersemayam di dalamnya termasuk para investor bioskop namun, dalam sisi lain kota juga sebuah mesin penggerus segala hasrat dan imajinasi tentang keindahan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kemerdekaan yang diangankan oleh orang kebanyakan. 

Bahkan, kota bisa saja mencampakkan siapa saja yang tidak sanggup bersaing seperti yang terjadi pada industri perfilman untuk berebut "ruang kekuasaan". Kelompok berkuasa, para pemilik otoritas, menggunakan kekuasaannya untuk menata ruang-ruang kota sebagai sarana kontrol sosial.

Kemampuan bertahan dalam ruang kota dan kekalahan dalam menakhlukkan kota dibuktikan dengan masih berdirinya bioskop Golden Theater dan kebangkrutan dari bioskop yang pernah berjaya. Bioskop Golden Theater mampu bertahan sedangkan bioskop Kencana tidak mampu bertahan yang harus merelakan meninggalkan industri perfilman di kota Kediri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun