Mohon tunggu...
Dwiroso Dwiroso
Dwiroso Dwiroso Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nasib Si Anak Kurus

5 Desember 2022   04:09 Diperbarui: 5 Desember 2022   04:12 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nasib si Anak Kurus

Karya Dwiroso

Hidup ini tidak selalu berjalan

Seperti yang di bayangkan

Ketika seorang anak terlihat murung..

Melihat seorang bocah yang melahap makanan mahal

Sang ayah tampak gembira

Memandangi sang putra makan dengan lahap

Anak itu berdiri dibalik kaca sebuah restoran mewah

Sesekali tampak menelan ludah...

Seperti merasakan tanpa ada yang dirasakan

Matanya menatap kecut pada semua yang nampak...

Betapa malang hidup 

Hanya melahap angin...

Anak laki kurus

Kaki dan tangan nya hanya terbalut kulit hitam

Tak tahu bagaimana nasibnya esok hari

Itulah

Penggalan pemandangan penuh kesenjangan

Di kota besar yang katanya menjanjikan kesejahteraan

Kulihat masih ribuan anak manusia

Yang memilih hidup dalam dekapan mimpi

Mereka hadir di dunia

Yang serba harus diperebutkan...

Sementara orang tua tak mengerti...

Di dunia mana hidup tak saling berebut

Kalau soal jatah rezeki

Tanyakan pada yang berfee milyaran..

Apakah itu jatah atau nasib baiknya...

Perlu harus membuka buku rahasia..

Si lauh Mahfuz

Adakah catatan nasib

Di anak kurus itu

Tiba tiba tangan Mikhail

Menutup rapat

Sebelum tahu isi 

Didalamnya

Karena nasib itu hanya sebuah impian

Bahwa kaya atau miskin

Kenyang atau lapar

Mewah atau kampungan

Itu impian...

Tinggal kita

Akan terus berselimut mimpi 

Ataukah bergegas

Bangkit

Dan hidup di alam nyata...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun