Namun, alih-alih mencermati fotonya, Olin lebih sering melihat ke sudut kelas di mana Rafa duduk. Sejak kemarin bunga-bunga dan balon berwarna pink terus bermunculan di hati dan benaknya.
***
Selama jam pelajaran Pak Pur terus saja asyik berkeliling melihat satu per satu muridnya. Sesekali dia memberi petunjuk dan mengingatkan teori-teori melukis. Sampai di sisi Olin, Pak Pur diam cukup lama mengamati lukisan Olin.
"Lin, kamu pegang foto siapa?" tanya Pak Pur tiba-tiba.
"Foto saya sendiri Pak! Kan tadi sudah Bapak periksa," jawab Olin seraya menghentikan gerakan pensil gambarnya dan mendongak ke arah Pak Pur.
"Nah itu... kenapa kamu malah menggambar wajah Rafa?"
Olin tersentak. Refleks dia menatap lekat-lekat lukisannya yang hampir selesai. Dia berpikir keras. Tanpa melihat lagi foto di tangannya, dia yakin gadis berponi itu adalah potret dirinya. Kenapa Pak Pur bilang itu lukisan wajah Rafa? Ah, pasti Pak Pur aja yang salah lihat, batin Olin menenangkan diri.
"Bener kata Pak Pur, lukisanmu lebih mirip Rafa," bisik Trias yang duduk di sebelah Olin, "Hayooo... beneran kamu naksir, kan?"
"Pantaslah! Kutengok dari tadi si Olin tuh lihat ke arah Rafa mulu!" Mondang yang duduk di seberang Trias ikut berkomentar.Â
Wajah Olin merah padam. Dia mulai ragu dengan lukisannya sendiri.
"Rafa, coba Bapak pinjam fotomu!" seru Pak Pur