Dayu Rifanto, pria kelahiran Nabire yang kini tinggal di Sorong, Papua Barat Daya, merupakan sosok inspiratif di bidang literasi dan pendidikan masyarakat. Lahir sebagai anak ke-8 dari delapan bersaudara, Ia tumbuh besar dalam lingkungan yang dekat dengan dunia pendidikan, sebab sang ayah merupakan guru SD di Nabire sejak tahun 1970-an. Perjalanan akademiknya membentang dari Nabire hingga Yogyakarta, Semarang, dan kini Bandung, tempat Ia sedang menempuh studi doktoral di Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan Pendidikan Masyarakat.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Dayu sempat bekerja di Jakarta. Namun, pada 2010, Ia berpindah ke Semarang dan melanjutkan pendidikan magister di Universitas Diponegoro. Kini, sambil melanjutkan studi S3, Ia aktif sebagai penulis, peneliti, dan fasilitator yang fokus pada pengembangan taman baca, literasi anak, serta buku bacaan, dan pendidikan masyarakat di Papua.
Kecintaannya terhadap pendidikan diwujudkan melalui berbagai inisiatif sosial yang Ia dirikan, seperti @Bukuntukpapua, @BeasiswaTimur, @Bukutimur, @LiterasiKita, hingga taman baca @PinjamPustaka. Melalui program-program tersebut, Dayu bersama para relawan berupaya memperluas akses literasi dan pendidikan, terutama bagi anak-anak di Papua. Ia meyakini bahwa literasi adalah jembatan penting untuk perubahan sosial yang berkelanjutan.
Meski prestasinya kini menginspirasi banyak pihak, Dayu mengakui bahwa pencapaiannya tidak diraih dalam waktu singkat. Ia menyebut dirinya sebagai “Orang yang berkembang di usia beranjak”, mengingat masa studi S1 dan S2-nya yang cukup lama. Namun, dari pengalaman tersebut Ia belajar bahwa semangat untuk terus belajar, terbuka pada masukan, dan keberanian untuk mencoba menjadi kunci utama meraih keberhasilan.
Bagi Dayu, menulis adalah proses pembelajaran yang tak pernah selesai. Meski telah menulis beberapa buku, Ia merasa masih perlu banyak membaca dan terus berlatih menulis. Konsistensi menjadi tantangan terbesar, tetapi Ia tetap berupaya mempublikasikan tulisannya di berbagai platform, seperti Medium. Ia menilai bahwa menulis bukan sekadar karya, tetapi juga medium penting untuk menciptakan dampak sosial.
Menariknya, inspirasi yang ditularkan Dayu bukan datang dari keinginan untuk menginspirasi. Ia mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah berkontribusi bagi masyarakat. Salah satu upaya nyatanya adalah inisiatif @Bukuntukpapua yang Ia rintis sejak 2012. Melalui media sosial, gerakan ini menggalang donasi buku dan mengirimkannya ke taman baca dan sekolah-sekolah di Papua. Upaya tersebut akhirnya menyebar luas dan secara tidak langsung menginspirasi banyak orang.
Selvia Veronika : Mahasiswi Kimia Asal Lampung yang Torehkan Prestasi Nasional. Baca Selengkapnya
Dalam pandangan Dayu, generasi muda perlu mengenal dirinya sendiri secara mendalam, termasuk keterbatasan dan ketakutannya, tetapi juga kekuatan dan imajinasi masa depannya. Ia menekankan bahwa mengenali diri menjadi fondasi penting untuk berkarya. Berkarya menurutnya adalah ekspresi dari daya cipta manusia dan setiap anak muda memiliki potensi untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna.