Proses pembinahan itu bisa mulai dari penyediaan fasilitas, pembinaan atlet sejak usia dini hingga kesempatan bagi para atlet untuk berkompetesi. Kompetesi domestik yang minim hingga peluang bagi para atlet untuk berkiprah di luar negeri tak begitu mendapatkan tempat yang cukup luas bisa menjadi sebab dari kemandekan performa atlet olahraga di tanah air.
Tentu saja, itu bisa terimplementasi dengan baik jika dibarengi dengan ketersediaan dana yang cukup untuk dianggarkan untuk cabang olahraga. Apabila anggarannya besar, pasti ada peluang untuk melangsungkan kompetesi yang kompetetif dan terlibat dalam event-event internasional.
Lalu, alokasi anggaran juga perlu terhindar dari upaya korupsi yang bisa saja meruntuhkan dunia olahraga, tetapi menguntungkan kantong-kantong oknum yang tak bertanggung jawab.
Lebih jauh, olahraga tertentu seperti sepak bola tak boleh menjadi prioritas dari dunia olahraga di tanah air. Memang, harus diakui jika sepak bola menjadi olahraga yang sudah mengakar kuat di kehidupan masyarakat.
Akan tetapi, persepsi itu tak boleh membenarkan kebijakan yang menuntun agar sepak bola perlu diprioritaskan dan cabang olahraga lain hanya pelengkap. Ketika itu terjadi kementerian olahraga hanyalah nama belaka lantaran program kerja tak terjadi secara merata dan menyentuh esensi yang mau tercapai.
Oleh sebab itu, asa terbesar untuk Menpora Erick Thohir adalah membangun sistem pembinaan atlet yang tepat sasar dan juga memperlakukan setiap cabang olahraga secara sama, seimbang, dan merata. Di sini, tak ada olahraga tertentu dan atlet yang diprioritaskan lebih, dan cabang olahraga lain hanyalah dipandang pelengkap.
Â
Semoga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI