Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Hansi Flick Tak Berkelakar dengan Masalah Barcelona

16 September 2025   08:19 Diperbarui: 16 September 2025   14:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barcelona kembali pada jalur yang tepat selepas jeda laga-laga internasional. Kemenangan besar 6-0 kontra Valencia pada pekan ke-4 lanjutan Liga Spanyol musim 2025/26 di stadion Johan Cruyff (15 September 2025) menunjukkan wajah asli Barca sejak dipegang kendali oleh Pelatih Hansi Flick.

Dalam tiga laga pertama di Liga Spanyol musim ini, tepatnya sebelum jeda laga-laga internasional, Flick mengidentifikasi beberapa masalah dari pola permainan timnya. Gegara masalah-masalah itu, pelatih yang berhasil mempersembahkan treble trofi di level domestik pada musim lalu untuk Barca itu memberikan alarm keras.

Jika Barca masih mempertahankan masalah yang sama, peluang untuk mempertahankan dan meraih trofi bisa tak terjadi. Peringatan Flick itu bertolak dari pengalamannya sebagai pelatih Bayern Muenchen. Dalam mana, Flick pernah membantu Muenchen meraih 6 trofi dalam satu musim. Namun setelah musim gemilang tersebut performa Muenchen malah melorot.

Pengalaman itu menjadi refrensi bagi Flick dalam mewanti-wanti anak-anak asuhnya. Salah satu masalah yang dideteksi oleh Flick dari tiga sebelumnya adalah permainan individual yang mulai ditonjolkan dan mengesampingkan permainan tim.

Jadinya, peluang untuk mencetak gol menjadi minim, intensitas untuk mengancam gawang lawan menjadi lemah hingga lawan gampang mengekspos lini belakang Barca.

Oleh sebab itu, performa kontra Valencia seperti menjadi titik balik dari langkah Flick dalam membenahi skuadnya. Tak tanggung-tanggung, Flick membangkucadangkan pemain seperti Raphinha, Robert Lewandowski, dan Ronald Araujo. Frenkie de Jong dan Lamine Yamal harus menepi lantaran faktor cedera.

Kendati para pemain penting itu tak turun, Flick tak begitu cemas. Barca malah tampil lebih sebagai tim. 6 gol yang tercipta merupakan buah dari kerja sama tim dan bukan karena faktor salah satu atau dua individu semata. 

Memang, Raphinha mencetak 2 gol ketika masuk sebagai pemain pengganti. Begitu pun dengan Lewandowski yang ikut menyumbang 2 gol sebagai pemain pengganti. 

Namun, gol-gol yang dicetak oleh kedua pemain tersebut merupakan buah dari kerja sama tim.

Kerja sama tim itu membuat pemain seperti Fermin Lopez bisa bersinar. Pemain berusia 20 tahun itu mampu mencetak 2 gol. 2 gol itu seperti memberikan pesan kepada Dani Olmo bahwa persaingan sebagai penyerang bernomor 10 tak otomotis menjadi kepunyaannya.

Begitu pula dengan Raphinha. Pemain asal Brasil itu sebenarnya berada dalam kondisi fit. Namun, Flick lebih memilih Marcus Rashford sebagai penyerang sayap kiri dan Roony Bardgji sebagai penyerang sayap kanan guna mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Yamal. 

Kalau mau menimbang sisi kompetetif, Flick pasti memilih Raphinha daripada Bardgji.

Namun, Flick terlihat tak menyeleksi pemain karena faktor popularitas semata. Ketika mantan pelatih Timnas Jerman itu ditanyakan soal seleksi pemainnya, dia hanya menjawab jika itu merupakan bagian dari taktik. 

Dalam mana, pemain yang dilibatkan sejak menit pertama lebih siap untuk tampil setelah dievaluasi di tempat latihan.

Pilihan skuad Flick bisa menandakan bahwa kata-katanya yang tak ragu untuk membangkucadangkan para pemain yang lebih tampil individual bukan isapan jempol. Bahkan, Flick tak begitu cemas tatkala Yamal yang sudah dipandang sebagai pemain bintang tak dalam kondisi terbaik.

Alih-alih melihat efek keabsenan Yamal bagi tim, Flick lebih fokus dalam memanfaatkan skuad yang tersedia, termasuk berani memainkan Bardgji sejak menit awal untuk mengisi posisi Yamal. 

Dengan ini, Flick membuktikan kata-katanya sebelum jeda internasional bahwa para pemain yang lebih bermain individual akan bisa saja dipinggirkan.

Flick tampak sebagai pelatih yang lebih mengedepankan permainan tim daripada bergantung pada performa individual semata. Selain tak begitu berpengaruh dengan kehilangan Yamal, juga Flick bisa menempatkan Marc Cassado untuk mengganti peran De Jong dan sekaligus melakukan rotasi di jantung pertahanan.

Lebih jauh, Flick mulai terus mempercayai Ferran Torres sebagai striker tunggal. Kendati gagal mencetak gol, ambisi dan daya juang dari pemain Timnas Spanyol itu sepertinya sudah memberikan pesan secara tak langsung bahwa Barca sudah memiliki suksesor yang pas untuk mengganti posisi Lewandowski yang sudah berusia 34 tahun.

Flick membuktikan kata-katanya. Permainan tim menjadi nomor satu dan bukan sekadar mengandalkan performa individual. Berkat kesolidan permainan tim, Barca bisa mencetak setengah lusin gol dan lini belakang bisa tampil solid.

Pola Flick itu pun memberikan pesan kepada tim secara umum, dan kepada pemain seperti Raphinha dan Yamal. Kendati kualitas kedua pemain tersebut tak bisa diragukan, tempat di skuad utama belum terlalu pasti jika aksi individual lebih cenderung mengesampingkan permainan tim.

Barca kembali pada jalur yang tepat dengan raihan kemenangan besar 6-0 kontra Valencia. Raihan itu tercapai lewat pola permainan tim ala Flick.

 

Salam Bola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun