Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Jalan Politik Keluarga Jokowi Serupa dengan Jejak Duterte di Filipina

23 Oktober 2023   08:13 Diperbarui: 23 Oktober 2023   08:33 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming Raka. Foto: Kompas.com/Pemkot Solo

Gibran Rakabuming Raka akhirnya sah menjadi bakal calon wakil presiden (wapres) mendampingi Prabowo Subianto. Hal itu disampaikan secara langsung oleh Prabowo setelah pertemuannya dengan para ketua umum partai politik yang berada di bawah bendera koalisi Indonesia Maju (KIM) di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan (Minggu, 22 Oktober 2023).

Resminya Gibran masuk kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sepertinya mengabsahkan keberlanjutan kekuasaan Presiden Joko Widodo. Terlebih lagi, ide keberlanjutan menjadi narasi politik yang kerap dieluh-eluhkan kubu Prabowo sejauh ini.

Ide keberlanjutan itu pun mendapat tempat ketika Gibran menjadi bagian dari kubu Prabowo.

Kendati Presiden Jokowi menampik pengaruhnya dalam pencalonan Gibran ke pilpres 2024, alur politik yang mengitari jalan politik Gibran sebagai cawapres secara implisit tetap menunjukkan pengaruh kekuasaan yang berada di bawah Presiden Jokowi.

Mulai dari kedekatan Jokowi dengan kubu Prabowo, dukungan relawan pro Jokowi (Projo) pada kubu Prabowo, hingga keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia seseorang maju pilpres yang mana keputusan itu melapangkan Gibran adalah beberapa indikasi pengaruh Presiden Jokowi pada pencawapresan Gibran.

Karir keluarga Jokowi, terlebih khusus kehadiran Gibran di pilpres 2024 hampir serupa dengan karir politik keluarga mantan presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte. Presiden Duterte menjabat dari tahun 2016-2022.

Menjelang akhir masa jabatannya, seperti biasa ada isu-isu politik yang mengitari dunia perpolitikan di Filipina. Salah satu isunya adalah majunya Sara Duterte, salah satu anak dari Duterte.

Bahkan, beberapa survei menunjukkan elektabilitas yang cukup tinggi jika Sara maju kontestasi pilpres.

Sara Duterte waktu itu masih menjabat sebagai Walikota Davao, salah satu kota di pulau Mindanao dan basis kuat keluarga Duterte. Isu masuknya Sara Duterte pada pilpres itu ditepis tak hanya oleh presiden Duterte tetapi juga oleh Sara.

Namun, dinamika politik berubah. Calon Presiden Ferdinand Marcos Jr, bertemu dengan Sara. 

Pendek kata, pertemuan itu seperti menjadi awal relasi politik di antara kedua belah pihak yang mana Marcos mencalonkan diri menjadi presiden dan Sara sebagai wakil presiden. 

Sistem pilpres di Filipina berbeda dengan Indonesia. Di Indonesia, paket capres dan cawapres dipilih sekaligus. Di Filipina, kendati berada dalam satu paket, keduanya terpilih terpisah. Makanya, seringkali terjadi capres menang dan cawapres kalah, begitu pun sebaliknya.

Pencalonan kedua sosok Marcos dan Duterte ini seperti mewakili dua kekuatan besar. Marcos yang berasal dari bagian Utara Wilayah Filipina dan Indah dari bagian Selatan. Juga, keduanya seperti perkawinan politik antara dua anak mantan presiden Filipina.

Narasi-narasi politik pun soal kesinambungan atau melanjutkan program pemerintahan terdahulu. Sara Duterte menjadi representasi dari melanjutkan program kerja ayahnya, Presiden Duterte dan itu juga menjadi bekal bagi capres Marcos dalam mendulang suara.

Hasil pilpres 2023 pun menunjukkan bahwa baik Marcos maupun Duterte berhasil memenangkan kontestasi pilpres yang terjadi pada 2022. 

Saat ini, Marcos-Duterte menjadi pemimpin di Filipina. Kedua sosok ini merupakan mantan anak presiden. 

Marcos adalah putera dari mantan presiden Ferdinand Marcos, yang dipandang diktator dan diturunkan secara paksa dari kekuasaan di tahun 1986 setelah 36 tahun di kursi presiden. Sementara itu, Sara merupakan anak Presiden Duterte yang maju kontestasi pilpres bersamaan dengan akhir jabatan Presiden Duterte.

Sebenarnya, selain Sara Duterte, beberapa saudaranya juga aktif dalam dunia politik seperti anggota DPR di Filipina dan walikota di kota Davao.

Menilik secara singkat jalan politik keluarga Duterte di Filipina hampir serupa dengan jalan politik keluarga Jokowi. Hal itu dipertegas dengan masuknya Gibran dalam pusaran Pilpres 2024.

Oleh sebab itu, hemat saya, pilihan politik Prabowo pada Gibran juga tak semata-mata ingin membawa ide kesinambungan program Jokowi tetapi juga karena menimbang sisi elektabilitas Gibran sebagai anak Jokowi.

Karir politik keluarga Jokowi memang tak bisa diragukan. Pelbagai kesuksesan yang dibuat oleh presiden Jokowi ikut menaikan karir politik keluarga Jokowi. Pastinya kinerja dan kiprah Jokowi telah membuat banyak yang jatuh hati dan tak mau segera move on dari mantan walikota Solo tersebut apabila mengakhiri jabatannya sebagai presiden.

Kehadiran Gibran menjadi dimensi keberlanjutan dari posisi dan keberadaan Jokowi dalam pemerintahan negara Indonesia. Dengan ini, Jokowi boleh saja secara fisik lengser dari kekuasaan pemerintahan di akhir masa jabatannya tetapi ide dan pengaruh belum tentu ikut berakhir jika menimbang kehadiran Gibran.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun