Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Untungnya Orangtua saat Kenal Pacar Anak Mereka

8 November 2022   19:28 Diperbarui: 10 November 2022   02:00 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berpacaran di taman. (sumber: pixabay.com/icsilviu)

Tiap konteks selalu melekat dengan budaya tertentu. Budaya itu ikut mempengaruhi cara hidup di komunitas, termasuk di dalam keluarga.

Salah satu budaya yang melekat dalam kehidupan keluarga adalah tentang cara hidup anak, termasuk saat mana anak mesti berpacaran. 

Realitas anak berpacaran kerap menjadi tantangan besar dalam hidup di keluarga. Terlebih kalau hal itu terjadi di konteks keluarga yang memegang pola pandang tertentu, termasuk tak menerima anak mempunyai pacaran dalam tataran usia tertentu, seperti misal saat masih berada di bangku sekolah. 

Untuk konteks budaya kami di Flores pada umumnya, anak memiliki pacaran tak gampang diterima. Biasanya, ada kriteria tertentu di mana seorang anak bisa berpacaran, seperti sudah berkuliah atau sudah mempunyai pekerjaan. 

Makanya, sangat sulit diterima ketika seorang anak sudah berpacaran saat di bangku SMA atau pun kuliah. Apalagi berpacaran di bangku SMP.

Tak jarang, banyak anak yang menyembunyikan pacar mereka dari orangtua. Akibat lanjutnya, anak lebih memilih berbohong daripada berlaku jujur kepada orangtua.

Contohnya, memilih berbohong saat keluar rumah. Padahal, bertemu dengan pacar, tetapi alasan yang dipakai untuk belajar di rumah teman. 

Pada titik tertentu, hal ini sebenarnya menciptakan kultur yang tak bagus dalam kehidupan anak. Berbohong menjadi bagian dari kehidupan anak karena takut dimarahi, ditegur, dan bahkan dilarang untuk bergaul dengan orang lain. 

Hal yang sama bisa berujung pada pola pandang anak. Dalam mana, pola pendidikan yang sama akan menciptakan siklus tertentu. 

Ketika si anak kelak menjadi orangtua, pola pendidikan yang sama bisa saja diterapkannya tatkala dia sudah mempunyai anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun