Sengatan Erling Haaland dan Alasan Ketakberdayaan Manchester United

Legenda MU Rio Ferdinand barangkali benar ketika memprediksi Haaland bisa trofi Ballon D'or apabila Man City berhasil meraih trofi Liga Champions. 

Penilaian Ferdinand ini terlahir ketika menimbang kontribusinya untuk Man City dan keganasannya di depan gawang lawan. 

Dua gol di babak pertama menjawabi taktik Man City. Postur tubuh yang jangkung menyulitkan para bek untuk berduel satu lawan satu dengan striker asal Norwegia tersebut. 

Selain itu, Haaland mempunyai kualitas dalam soal penempatan diri yang tepat ketika membaca umpan dari para gelandang Man City. 

Sebenarnya, MU datang ke marks Man City dengan optimis yang cukup tinggi. MU membawa pasukan yang cukup komplit. Formasi skuadnya pun tak berbeda dari formasi tim yang berhasil menang di lima laga terakhir di Liga Inggris. 

Manajer Erik Ten Hag masih mempertahankan formasi yang sama, 4-2-3-1. Juga, tak ada banyak perubahan di sisi nama yang diturunkan sejak menit awal. 

Akan tetapi, formasi ini tak begitu tangguh saat bersua kontra MU. Sontak saja, Ten Hag cepat-cepat mengganti beberapa pemain ketika MU berhasil mendapatkan 1 gol di menit ke-56 lewat tendangan cantik Antony. Namun, pergantian itu tak mengubah keadaan. 

Lagi-lagi, Haaland menjadi momok bagi MU. Haaland berhasil mencetak gol ke-3 ke gawang MU. 

Selain Haaland, pemain muda timnas Inggris, Phil Foden juga patut mendapatkan apresiasi. Foden juga berhasil mencatatkan 3 gol ke gawang MU. 

Sebenarnya sejak menit awal, Manchester City langsung tancap gas. Tim asuhan Manajer Pep Guardiola langsung mendominasi dan menekan MU. 

Man City tampil berani untuk menakan MU, sementara MU tampak bertahan. Alih-alih bertahan dan mencari celah serangan balik, malah taktik itu menjadi batu sandungan untuk MU sendiri.