Rupa-rupa kepentingan itu beraneka macam. Kepentingan itu bisa berupa barang, pelayanan, waktu dan tenaga. Pada saat seseorang mendapatkan apa yang diinginkan itu, kecenderungan yang terjadi adalah pergi tanpa kabar atau juga melupakan relasi itu sendiri.
Sakit hati pasti menjadi akibat dari pertemanan seperti ini. Pasalnya, kita merasa ditipu dan dikelabui. Kepercayaan kita juga dikhianati. Bahkan tidak sedikit orang yang mengalami trauma dan tidak mau menjalin relasi dengan orang-orang tertentu.
Solusinya Apa?
Jujur saja, saya tidak mempunyai solusi yang ampuh pada persoalan ini. Hemat saya, ini sebenarnya mulai dari kita sendiri. Kita menjadi teman yang tulus dan setia bagi orang lain. Kita membebaskan diri dari aneka kepentingan saat kita bertemanan dengan orang lain.
Dengan kata lain, kita menjalin relasi pada segala musim kehidupan. Suka maupun susah, kita tetap berteman. Sejatinya, suka dan susah dari seorang teman menjadi suka dan susah kita. Memang terlihat ideal, tetapi hal ini bukan mustahil untuk dilakukan. Â
Selain itu, saat berteman dengan orang lain, kita juga tidak terlalu cepat percaya dan terjebak pada janji-janji muluk. Tidak semua yang keluar dari mulut seseorang dan apa yang diberikan seseorang menggambarkan sebuah ketulusan dari sebuah pertemanan.
Boleh jadi, apa yang diberikannya itu hanya sebagai umpan agar kita bisa memberikan apa yang diinginkan. Terlebih lagi, dia menginginkan sesuatu yang berharga dari diri kita.
Dalam teman angkatan kami sewaktu kuliah, kami mempunyai teman yang ringan tangan dalam memberi jika dia ada maunya. Kami sudah tahu itu. Bagi yang belum tahu, mereka bisa menjadi korban kepentingannya.
Salah satu contoh kebiasaannya. Dia tiba-tiba mentraktir seorang teman. Setelah itu, pastinya dia akan meminta teman itu untuk melakukan sesuatu untuk dirinya. Misalnya, menggantikan dirinya pada jadwal tertentu yang diatur di sekolah atau di asrama.
Tentunya, jawaban "tidak" sangatlah sulit untuk diberikan. Suka atau tidak, permintaan itu diiakan. Setelah itu, teman ini lagi peduli pada apa yang terjadi. Â
Pelajarannya, kita tidak boleh percaya begitu cepat pada setiap kebaikan. Apalagi kebaikan yang datang tiba-tiba dan dibuat oleh orang yang tidak biasa melakukannya.
Tidak gampang percaya menjadi salah satu cara bagi kita agar tidak terjebak pada pertemanan rasa kepentingan. Perlu kita menimbang dan mengevalusi setiap motif yang datang kepada kita. Apakah itu tulus ataukah ada intensi lain di balik itu.