Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Membaca Koran di Tengah Geliat Media Sosial

9 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 9 Februari 2020   08:57 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih ingat saat masih tinggal di asrama di mana media sosial belum terlalu berkembang. Ada tiga judul koran yang menjadi langganan. Dua koran memuat informasi tentang provinsi NTT. Salah satu korannya adalah koran tingkat nasional, Kompas.

Satu koran bisa diperebutkan oleh dua hingga empat orang. Bahkan ada yang rela mengantri koran yang satu dan sama.

Bahkan sering kali terjadi orang berebutan pergi ke perpustakaan sekolah untuk mengambil koran langganan asrama. Yang pertama mengambil koran, dia pun menjadi yang pertama untuk membaca. Sementara yang lain mesti rela mengantri.

Pembicaraan pun berkisar tentang berita yang termuat di dalam koran. Tidak jarang perdebatan terjadi karena berita dan opini yang termuat di koran.

Namun saat ini sumber pemberitaan sudah bermula dari media sosial. Persoalannya, kalau tidak sering bergelut dengan media sosial.

Kadang kita menjadi bingung dengan berita yang diberikan oleh teman-teman kita yang sering berada di media sosial. Kalau kita mau menunggu koran cetak, berita itu sudah dikupas habis-habisan oleh media-media online.  

Belum lagi secara ekonomis. Kalau berlangganan satu atau dua koran, kita mesti mengucurkan sejumlah uang. Sementara di media sosial kita hanya membeli pulsa data. Pulsa data ini sendiri tidak hanya terpakai untuk membaca berita-berita, tetapi ini juga bisa dipakai untuk surfing hal-hal lainnya.

Membaca koran merupakan sebuah perjuangan. Tetapi hemat saya, kalau kita mau meladeni perjuangan itu, kita bisa membentuk sebuah mentalitas diri ke arah positif. Mentalitas itu berupa tidak mau menyerah dan menghindari mental enak pada situasi.

Acap kali terjadi saat membaca di media sosial, kecenderungan yang terjadi adalah membaca dan membaca tanpa menyaring apa yang ditawarkan itu.

Bahkan kadang terjadi ada yang hanya mensharing berita itu tanpa menelusuri konten dari berita yang tersajikan.

Padahal kalau dibaca secara serius dan teliti, belum tentu sebuah berita itu sesuai dengan harapan judul yang tertera. Alhasil, kita terlihat tahu banyak tetapi kurang mendalami berita yang tersajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun