Pendaftaran testing menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) resmi dibuka pada tanggal 11 November. Seketika itu juga bertebaran aneka berita dan informasi yang bersentuhan dengan testing menjadi PNS di media sosial.
Ada yang membagi informasi tentang bagaimana cara mendaftar dan formasi apa saja yang dibutuhkan. Ada pula yang membagi soal-soal ujian yang kemungkinan keluar pada waktu testing.
Semuanya ini menunjukkan kalau testing menjadi PNS menarik banyak orang. Kenyataan ini juga menandakan kalau menjadi PNS adalah pilihan bagi banyak orang di negeri ini.
PNS menjadi sebuah pilihan bisa saja karena tawaran dan jaminan yang didapatkan saat sudah resmi menjadi seorang PNS. Tawaran dan jaminan itu bisa berupa gaji yang diterima setiap bulan. Bahkan gaji seorang PNS biasanya ikut naik seturut kenaikan pangkat.
Kalau bekerja di bidang swasta, ada kemungkinan gaji dipotong, tidak naik dan diberhentikan karena perusahannya bangkrut atau pemangkasan tenaga kerja.
Kalau menjadi PNS, gaji sudah pasti diterima setiap bulan. Ada pendapatan tetap sampai pada usia pensiun yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Gaji juga bergantung pada pangkat yang dimiliki. Semakin tinggi pangkat yang dimiliki, semakin besar pula gaji yang diterima. Dengan ini pula, kalau dianggarkan dengan baik, ada jaminan pasti bagi seorang PNS yang berkeluarga.
Selain itu, saat pensiun, seorang pensiunan PNS masih menerima gaji dari pemerintah. Meski tidak sebesar gaji sewaktu masih aktif bekerja sebagai PNS, tetapi paling tidak seorang pensiunan PNS mempunyai jaminan yang pasti di hari tua.
Di wilayah kami, Manggarai, Flores, menjadi PNS seolah menjadi harapan banyak orang. Banyak orang berharap menjadi PNS karena melihat tawaran dan jaminan yang diberikan dari status sebagai seorang PNS.
Paling tidak, gaji dan pelbagai jaminan lainnya bisa mendukung kehidupan ekonomi di wilayah kami. Kalau dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, menjadi PNS masih menjadi prioritas sebagian besar masyarakat.
Menjadi PNS juga menjadi harapan sosial di wilayah kami. Tidak sedikit orang menilai kesuksesan pendidikan seorang berdasar pada berhasilnya orang itu mengikuti test PNS atau tidak.
Pendeknya, kalau seseorang adalah PNS, dia dipandang sukses. Status PNS menempatkannya sebagai pribadi terhormat dalam lingkup sosial. Tidak jarang terjadi, kalau seorang PNS juga mendapat "perlakuan istimewa" dalam konteks relasi sosial tertentu.
Kerhasilannya sebagai seorang PNS dinilai sebagai referensi kesuksesan yang patut dicontohi oleh orang lain. Tidak heran, banyak orang bermimpi untuk menjadi seorang PNS. Â
Dampak lanjut dari pandangan seperti ini merambat pada pola pikir menilai hasil dari proses pendidikan. Kencederungan yang terjadi adalah bersekolah guna bisa mengikuti test PNS.
Makanya kalau ada yang gagal di bangku kuliah, banyak yang mengasosiakannya dengan kegagalan untuk mengikuti test dan menjadi seorang PNS.
Namun hal ini menyimpan salah satu pola tingkah laku dan cara pandang yang begitu sempit. Banyak lulusan serjana yang hanya menunggu waktu testing menjadi PNS daripada berinisiatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Menjadi PNS dinilai sebagai pilihan gampang karena jaminan hidup tersedia dan pekerjaan juga sudah ada.
Â
Semuanya ini bertolak dari cara pandang tentang figur PNS. Menjadi PNS menjadi tujuan akhir dari bersekolah. Kalau berhasil menjadi PNS, secara umum masyarakat menilai hal itu sebagai sebuah kesuksesan yang mesti ditiru dalam kehidupan sosial.
Di wilayah kami, pastinya pendaftaran testing menjadi PNS akan dipenuhi oleh banyak orang. Banyak serjana bermimpi untuk menjadi PNS karena hal itu bisa menjadi jaminan hidup dan dipandang sebagai referensi kesuksesan di mata masyarakat.