Mohon tunggu...
Kaleb E. Simanungkalit
Kaleb E. Simanungkalit Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen dan saat ini menjadi Ka. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli. Saat ini penulis melanjutkan pendidikan S3 – Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan menjadi Penerima Awardee Beasiswa Pendidikan Indonesia Batch 2 tahun 2023. Penulis sudah banyak menerbitkan karya-karya ilmiah yang sudah terbit dibeberapa jurnal nasional terindeks Sinta dan jurnal Internasional. Selain itu penulis juga sudah menghasilkan karya penerbitan Buku. Bahkan penulis juga menjadi editor di salah sau penerbitan buku dan editor jurnal nasional. Penulis juga merupakan pemilik akun youtube “Batak Storypedia” yang sudah memiliki 27.000 Subscriber dan Tiktok dengan 56.000 Pengikut yang bertema “Budaya dan sejarah Batak”.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generasi Sarjana Pendidikan: Antara Harapan dan Realitas Profesi Guru

20 Maret 2024   16:00 Diperbarui: 20 Maret 2024   16:16 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaleb E. Simanungkalit, M.Pd. - Pemerhati Pendidikan (Sumber: Galeri Pribadi)

Generasi muda merupakan aset berharga bagi suatu bangsa. Mereka adalah penerus cita-cita dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Namun, dalam konteks pendidikan di Indonesia, terdapat fenomena menarik yang menjadi perhatian banyak pihak: banyaknya sarjana pendidikan yang enggan memilih profesi sebagai guru

Generasi sarjana pendidikan yang ogah jadi guru menjadi isu yang perlu dipahami lebih dalam, mengingat peran guru sangat vital dalam membangun pondasi pendidikan yang berkualitas.

Dari kecil, banyak anak bercita-cita menjadi guru. Profesi ini dianggap mulia dan penuh keberkahan, karena memberikan pengaruh besar dalam membentuk karakter dan ilmu pengetahuan anak-anak. 

Banyak dari generasi muda yang bermimpi menjadi guru karena terinspirasi oleh sosok-sosok guru yang mengajar dengan penuh dedikasi dan memberikan dampak positif dalam kehidupan mereka. 

Namun, saat memasuki dunia perkuliahan, banyak mahasiswa jurusan pendidikan yang mulai menyadari tantangan dan beban yang harus dihadapi oleh seorang guru. 

Beban kerja yang tinggi, gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawab, serta kondisi lingkungan kerja yang tidak selalu kondusif menjadi beberapa faktor yang membuat generasi muda ragu untuk memilih profesi ini. 

Di sisi lain, masih banyak orang tua dan masyarakat yang mengharapkan anak-anaknya untuk memilih profesi menjadi guru. Pandangan tradisional yang menganggap guru sebagai pilihan karier yang terhormat dan dianggap mulia masih menjadi pandangan dominan dalam masyarakat. Oleh karena itu, tekanan dari orang tua dan lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang mempengaruhi pilihan karier generasi muda.  

Di era digital dan globalisasi seperti saat ini, terdapat banyak pilihan karier menarik yang tersedia bagi generasi muda. Bidang teknologi, kreativitas, dan bisnis menjadi pilihan yang lebih menarik bagi sebagian besar dari mereka. Tawaran gaji yang lebih tinggi, peluang untuk berkembang dan bereksperimen, serta fleksibilitas dalam bekerja menjadi daya tarik utama dari karier-karier di luar profesi guru. 

Rendahnya Kesejahteraan Guru

Salah satu faktor utama yang menjadi alasan generasi muda enggan memilih profesi guru adalah rendahnya kesejahteraan yang diperoleh. Meskipun memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik generasi penerus bangsa, gaji guru seringkali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Belum lagi, banyak guru yang harus menghadapi kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung dan seringkali mengalami stres akibat beban kerja yang berat.  

Hal ini membuat banyak guru menghadapi masalah keuangan yang semakin meruncing akibat terjerat pinjaman online (Pinjol). Fenomena ini menjadi masalah serius di kalangan guru, terutama mereka yang memiliki gaji rendah dan terbatas. Banyak guru yang terjebak dalam jerat utang Pinjol karena sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau membayar cicilan utang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun