Untuk banyak orang, gambar di atas mungkin akan mengembalikan ingatannya pada masa lalu. Di mana ketika pada waktunya mandi, harus bersusah payah menimba air dari dalam sumur. Bukan sumur seperti saat ini, tinggal colok listrik, air segera mengalir, atau tinggal putar kran untuk yang berlangganan PAM, namun sumur yang dimaksud seperti gambar di atas. Nah, gambar itu saya foto langsung menggunakan kamera dari handphone saya di sebuah rumah pinggir rel kereta api, di daerah tanah tinggi, Senen, Jakarta Pusat. Airnya masih banyak, artinya ketika saya menengok ke bawah masih terlihat dengan jelas, dan yang pasti bening, tidak keruh. Kata yang punya rumah, sumur itu umurnya ratusan tahun.
Sumur seperti membawa ingatan saya pada waktu kecil, saat-saat pulang kampung ke desa orang tua saya di Klaten, Solo, Jawa Tengah. Sumurnya sama, namun dengan versi lebih komplit. Di dua sisi tembok sumur terdapat tiang dengan tuas pengerek yang akan membawa ember kaleng ke dasar sumur. Perlu ketrampilan sedikit untuk membuat ember terisi air, dan lalu setelah penuh, tinggal ditarik ke atas. Wow..itulah salah satu kepingan kenangan masa kecil saya jika berlibur ke desa. Sebuah kegiatan yang tak mungkin ditemui pada saat saya kembali pulang ke Jakarta. Nah, sekarang saya menemukan sumur seperti itu, dengan versi lebih sederhana, ember dari plastik. Sayang tidak sempat mencoba menimba airnya. Saya hanya merasakan sensasi ketika ingatan ini dibawa terbang ke desa di Solo dan berikutnya saya lebih tertarik untuk membicarakan sebuah benda antik yang dimiliki pemilik rumah, yang rencananya akan saya miliki dan mungkin akan saya muat dalam tulisan berikutnya. Salam Jadoel