Mohon tunggu...
Doni Arief
Doni Arief Mohon Tunggu... Dosen - Faqir Ilmu

Pencari dan penikmat kebenaran paripurna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Selamat Tinggal Modernisme, Selamat datang Postmodernisme

15 Juli 2019   08:15 Diperbarui: 28 Juni 2021   22:27 6093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat datang Postmodernisme (unsplash/jacob nizierski)

Postmodernisme dipandang sebagai gerakan intelektual keagamaan (intellectual and religious movement) yang mencoba menggugat dan mendekonstruksi pemikiran sebelumnya yang berkembang dalam bingkai paradigma pemikiran modernisme. 

Sehubungan dengan hal tersebut Ernest Gellner dalam karyanya Postmodernism, Reason and Religion menyatakan bahwa postmodernisme merupakan kritik terhadap modernisme yang mengedepankan fundamentalisme rasional. 21 Namun, tidak dapat dipungkiri di balik akibat konstruktif yang dibawa postmodernisme terdapat akibat destruktif yang ditandai dengan bermunculannya gerakan fundamentalisme keagamaan. 

Sebagaimana yang telah disinggung Naisbitt bahwa manusia postmodernisme bukanlah manusia yang beragama, melainkan kerohanian. Perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari akibat-akibat kemanusiaan yang muncul dalam proses modernisasi, yang kemudian mendorong manusia modern untuk mencari tempat pelarian yang mampu menampung kegundahan dan kegelisahan jiwanya. 

Inilah yang berperan memunculkan berbagai gerakan keagamaan sempalan yang mengatasnamakan dirinya sebagai agama baru yang mengklaim mampu menyelamatkan manusia modern dari krisis kehidupannya. 

Modernisme diharapkan mampu membebaskan manusia dari keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di satu sisi membawa dampak yang lebih besar bahwa manusia modern semakin terbelenggu oleh ikatan materialisme dan diperbudak oleh sikap permissif dan hedonis. Manusia modern semakin kehilangan nilai-nilai kemanusiaannya karena semakin tersubordinasinya peran agama dalam kejiwaannya. 

Manusia modern mengalami degradasi kejiwaan akut yang menyebabkan mereka kehilangan makna terhadap hidupnya. Ikatan moral dan etika tidak lagi menjadi landasan utama dalam menentukan sikap, sehingga ukuran kebenaran mulai bergeser dari ikatan primordial menjadi ikatan pragmatis. 

Manusia modern mulai menyingkirkan etika dan norma kesopanan yang melekat dalam tradisi kemanusiaan untuk mencapai keinginannya yang dikonversikan secara mekanistik. A, Sorokin menyatakan bahwa masa modernisme merupakan The Crisis of Our Age, sedangkan Sayyid Husein Nasr menyebutkan sebagai nestapa masyarakat modern. 

Penyebutan ini merujuk pada adanya krisis yang diderita manusia di era modernisme, seperti adanya alienasi sebagaimana yang diilustrasikan oleh Eric Fromm. Demikian pula terjadinya suatu kekosongan rohani sebagaimana yang dinyatakan Luis Leahy atau terjadinya padang gersang psikologis dalam pandangan Carl Gustave Jung. 

Kenyataan yang hampir senada disampaikan oleh Whitehead yang menyatakan bahwa paradigma ilmiah yang dugunakan menjadi titik acuan pengembangan ilmu modern merujuk kepada pandangan kosmologis materialisme ilmiah (scientific materialism) Descrates yang menolak penjelasan kausa finalis seperti dalam pemikiran Aristoteles, oleh karena itu dapat dimaklumi apabila ilmu pengetahuan hanya menyentuh dan berada dalam tatanan realitas yang dangkal dari totalitas dan kesemestaan hidup manusia. 

Apabila yang menjadi pusat perhatian dari peradaban modern adalah manusia, maka paradigma modern telah dianggap gagal mendekati dan memahami serta memfungsionalisasikan manusia dalam realitas sejarah yang dicita-citakan.21 

Postmodernisme diharapkan mampu membebaskan manusia modern dari belenggu materialisme dengan mengembalikan nilai-nilai spritualitas agama ke dalam kehidupan manusia. Dalam kenyataannya, postmodernisme menciptakan otoritarianisme baru yang bersumber dari eksklusifitas dan fundamentalisme gerakan keagamaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun