Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Pejabat Otoritas Veteriner

Dokter Hewan | Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Memilih Telur Rebus dalam Program Makan Bergizi Gratis

3 September 2025   15:22 Diperbarui: 3 September 2025   15:22 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Telur Rebus (Sumber: Shutterstock/ Ildi Papp melalui Kompas.com)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah sejatinya bertujuan mulia, yakni memastikan bahwa anak-anak Indonesia, terutama yang duduk di bangku sekolah, memperoleh asupan gizi yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang mereka. 

Asupan gizi yang baik di usia sekolah tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga berdampak besar terhadap kecerdasan, konsentrasi belajar, serta produktivitas di masa depan. 

Namun, dalam praktiknya, program semacam ini tentu menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait keamanan pangan.

Belakangan, publik sempat digegerkan oleh kasus keracunan makanan yang terjadi pada pelaksanaan MBG di beberapa daerah.

Anak-anak yang seharusnya mendapatkan manfaat justru mengalami gejala mual, muntah, hingga harus dirawat. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran besar, bukan hanya bagi orang tua, tetapi juga bagi pihak sekolah, tenaga kesehatan, dan tentu saja penyelenggara program. 

Dari berbagai penyelidikan, faktor utama penyebab keracunan kerap kali bukan pada bahan pangan pokoknya, melainkan proses pengolahan yang kurang higienis, metode penyimpanan yang tidak tepat, atau jenis makanan yang cepat rusak ketika didistribusikan dalam jumlah banyak.

Di sinilah muncul pertanyaan penting: Apakah ada jenis pangan yang relatif lebih aman, bergizi, praktis, dan bisa menjadi andalan utama dalam MBG? Salah satu kandidat terbaik yang sering disebut adalah telur ayam rebus.

Pangan Sederhana dengan Nilai Gizi Tinggi


Telur ayam sejak lama dikenal sebagai salah satu sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Dalam satu butir telur ayam berukuran sedang ( 60 gram), terkandung sekitar: Protein sebanyak 6--7 gram, Lemak sehat sekitar 5 gram dan Vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, D, E, B12, folat, serta mineral penting seperti zat besi, selenium, dan zinc.

Selain itu, telur juga mengandung Kolesterol alami yang sebenarnya dibutuhkan tubuh dalam jumlah wajar dan Kolin, nutrisi penting untuk perkembangan otak anak.

Banyak penelitian menegaskan bahwa protein dalam telur termasuk protein dengan skor asam amino sempurna. Artinya, semua jenis asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan terdapat dalam proporsi yang pas. 

Tidak heran jika WHO bahkan menjadikan telur sebagai standar pembanding kualitas protein makanan lain.

Dengan harga yang relatif murah, mudah diperoleh, dan praktis diolah, telur sangat layak dijadikan menu andalan dalam MBG. Akan tetapi, cara pengolahannya berperan penting dalam menentukan keamanan, nilai gizi, hingga kepraktisan penyajian di lapangan.

Telur Rebus vs Telur Dadar vs Telur Mata Sapi

Mari kita bandingkan tiga cara pengolahan telur yang paling umum yakni rebus, dadar, dan mata sapi.

Telur Rebus

Telur rebus adalah telur yang dimasak dalam air mendidih hingga matang, baik setengah matang maupun matang penuh.

Kelebihan telur rebus adalah Lebih aman dari bakteri. Proses perebusan dalam air mendidih mematikan bakteri Salmonella yang sering ditemukan pada telur mentah. Jika direbus hingga matang sempurna, risiko kontaminasi jauh lebih rendah.

Kemudian telur rebus lebih Tahan lama. Telur yang dikupas kulitnya bisa bertahan 1--2 jam di suhu ruang, sedangkan jika masih berkulit bisa bertahan hingga beberapa jam bahkan seharian, terutama bila disimpan dengan benar.

Selanjutnya, telur rebus juga Tidak membutuhkan minyak, Sehingga kandungan kalorinya relatif lebih rendah dan cocok untuk anak-anak yang perlu gizi seimbang tanpa berlebihan lemak jenuh dan Praktis didistribusikan. Telur rebus bisa dibungkus satu per satu, mudah dibagi, dan tidak memerlukan proses masak ulang.

Sementara itu, Kekurangan telur rebus adalah Teksturnya kadang dianggap "kering" dan membosankan oleh sebagian anak. Namun, ini bisa diatasi dengan variasi penyajian (misalnya ditaburi sedikit garam beryodium atau dimakan bersama lauk lain).

Telur Dadar (Omelet)

Telur dadar biasanya dikocok terlebih dahulu, lalu digoreng dengan minyak hingga matang.

Kelebihan telur dadar diantaranya adalah Teksturnya lebih lembut dan gurih, disukai banyak anak, Bisa divariasikan dengan tambahan sayur atau bumbu.

Namun demikian, telur jenis ini memiliki Kekurangan. Diantaranya adalah Membutuhkan minyak. Minyak goreng, apalagi bila digunakan berulang, berisiko menghasilkan zat berbahaya seperti radikal bebas dan lemak trans.

Kemudian, Tingkat keamanan menurun saat distribusi massal. Telur dadar lebih cepat basi, terutama jika ditaruh di wadah tertutup pada suhu ruang dan Kalori lebih tinggi. Telur dadar 1 butir bisa mengandung 90--100 kalori, lebih tinggi dibanding telur rebus ( 70 kalori). Untuk anak yang butuh energi tambahan mungkin baik, tapi untuk skala besar bisa berisiko obesitas bila dikonsumsi berlebihan.

Telur Mata Sapi (Fried Egg)

Telur mata sapi dimasak dengan cara digoreng tanpa dikocok, kuning telurnya bisa setengah matang atau matang penuh.

Adapun Kelebihan telur mata sapi diantaranya adalah tampilan menarik, kuning telur terlihat utuh sehingga lebih menggugah selera dan Rasanya gurih dan sering jadi favorit anak-anak.

Namun, jenis telur ini justru memiliki Kekurangan. Diantaranya adalah Risiko bakteri lebih tinggi, Jika kuning telur masih setengah matang, Salmonella bisa bertahan. Ini sangat berbahaya dalam program MBG yang melibatkan banyak anak.

Telur ini juga tidak tahan lama. Telur mata sapi cepat rusak bila tidak segera dimakan. Menyimpan dalam jumlah banyak untuk distribusi jelas berisiko serta Mengandung minyak tambahan, Sama seperti telur dadar, proses penggorengan menambah kalori dan lemak.

Mengapa Lebih Memilih Telur Rebus Untuk Program MBG


Beberapa studi dapat menjadi dasar ilmiah mengapa telur rebus lebih aman dan cocok, diantaranya adalah:

Pertama, Studi dari Food Safety Authority (2018), menyebutkan bahwa risiko Salmonella pada telur bisa ditekan hampir 100% bila telur dimasak hingga suhu internal minimal 71C --- kondisi ini tercapai sempurna pada telur rebus matang.

Kedua, Penelitian Journal of Nutrition (2019), menunjukkan bahwa bioavailabilitas protein pada telur rebus tetap tinggi, hanya berbeda tipis dengan telur goreng. Namun, pada telur goreng terdapat penurunan kadar beberapa vitamin larut lemak akibat oksidasi minyak.

Ketiga, Laporan FAO (2020), menegaskan bahwa telur rebus merupakan bentuk olahan telur yang paling aman untuk distribusi program gizi di sekolah karena mudah dikemas, tidak membutuhkan pendingin khusus dalam jangka pendek, dan tidak menambah beban kalori berlebih.

Oleh sebab itu, dalam konteks MBG, faktor yang perlu dipertimbangkan bukan hanya nilai gizi, tetapi juga keamanan pangan, kepraktisan distribusi, dan daya tahan makanan. 

Telur rebus memenuhi semua kriteria tersebut karena Mudah diproduksi massal. Ribuan telur bisa direbus sekaligus dalam panci besar.

Kemudian Minim risiko kontaminasi silang. Tidak ada alat masak berminyak yang harus digunakan berulang dan Distribusi lebih aman. Telur rebus bisa langsung dibagikan ke tiap anak tanpa perlu khawatir cepat basi.

Selain itu, telur rebus juga Lebih higienis. Kulit telur secara alami melindungi isi dari paparan bakteri luar.

Dengan kata lain, meskipun telur dadar dan mata sapi mungkin lebih menggugah selera, dari sisi program massal yang menuntut keamanan dan konsistensi, telur rebus jelas lebih unggul.

Semoga bermanfaat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun