Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Pejabat Otoritas Veteriner

Dokter Hewan | Pegiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

5 Alasan Mengapa Tema Kesehatan Hewan Layak Diangkat dalam Debat Capres—Cawapres

14 Desember 2023   05:39 Diperbarui: 15 Desember 2023   15:19 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemilu 2024 (Sumber: KOMPAS.com)

Debat calon presiden tahap pertama telah usai. Terlepas dari adanya kritikan mengapa konsep debatnya dibuat tanpa podium dan tanpa tempat duduk sehingga para capres menjadi terlihat kaku dan kelelahan, yang pasti, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara debat Capres dan Cawapres memang harus berbenah. Ada banyak hal yang harus dievaluasi atas pelaksanaan debat pertama.

Setelah debat pertama oleh para capres terlaksana, debat berikutnya dilakukan secara bergantian dilakukan oleh para cawapres. Hal ini sejatinya sesuai dengan Pasal 277 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu, yakni:

(1) Debat Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 275 ayat (1) huruf h dilaksanakan 5 (lima) kali.
(2) Debat Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh KPU dan disiarkan langsung secara nasional oleh media elektronik melalui lembaga penyiaran publik.
(3) Moderator debat Pasangan Calon dipilih oleh KPU dari kalangan profesional dan akademisi yang mempunyai integritas tinggi, jujur, simpatik, dan tidak memihak kepada salah satu Pasangan Calon.
(4) Selama dan sesudah berlangsung debat Pasangan Calon, moderator dilarang memberikan komentar, penilaian, dan simpulan apa pun terhadap penyampaian dan materi dari setiap Pasangan Calon.
(5) Materi debat Pasangan Calon adalah visi nasional sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b. memajukan kesejahteraan umum;
c. mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan debat Pasangan Calon diatur dalam Peraturan KPU.

Namun demikian, mengacu pada jadwal debat yang telah disusun KPU, tampaknya debat kelima pada Minggu, 4 Februari 2024 justru yang bakal di tunggu masyarakat.

Pasalnya, debat pamungkas itu mengambil tema tentang Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia dan Inklusi.

Bukan berarti debat pertama hingga debat ke empat nantinya kurang menarik, tetapi tema debat kelima seolah sengaja di jadwalkan KPU sebagai klimaksnya dari rentetan semua tahapan debat.

Akibatnya, saya pun merasa perlu menantikan hingga debat kelima, khususnya yang berkenaan dengan kesehatan.

Kesehatan Kuncinya Pembangunan

Tema debat Capres pertama pada selasa, 12 Desember 2023 yang lalu adalah Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik dan Kerukunan Warga. Sebuah tema yang cukup penting. Akan tetapi, persoalan kesehatan juga lebih penting dan sangat layak untuk menjadi tema debat.

Apalagi, kesehatan merupakan inti dari segala hal. Tanpa jiwa yang sehat, rasanya mustahil semua pembangunan di setiap tema akan terlaksana dengan baik. Artinya kesehatan merupakan kuncinya sebuah pembangunan.

Lebih jauh, tentu kita berharap: cukuplah pandemi Covid-19 yang pernah memporakporandakan semua lini di masa lalu. Semoga tidak terulang kembali di masa yang akan datang. 

Oleh sebab itu, patut kiranya kita memitigasi resiko potensi pandemi lain yang juga diprediksi berasal dari penyakit hewan. Hal ini mengingat, Covid-19 merupakan zoonosis yang juga berasal dari penyakit hewan.

Mengutip data dari badan kesehatan dunia (WHO) sebanyak lebih dari 75% penyakit infeksi emerging (PIE) yang menular pada manusia adalah bersifat zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.

Beberapa zoonosis yang sudah kita kenal selain Covid-19 diantaranya adalah penyakit flu burung, nipah, virus Hendra, rabies, brucellosis, leptospirosis, anthraks hingga yang teranyar, cacar monyet. Kesemua penyakit ini, sangat berpotensi besar menjadi Pandemi Baru.

Lantas, apakah tema kesehatan, khususnya sub tema berkenaan dengan kesehatan hewan (zoonosis) yang bermuara pada kesehatan masyarakat ini layak dibahas? Ini yang patut kita simak.

Bagi KPU, tema ini kiranya patut menjadi prioritas. Setidaknya ada lima alasan mengapa tema kesehatan hewan layak untuk diangkat dalam debat capres cawapres yang sedang berlangsung.

Pertama, kesehatan hewan belum pernah diangkat dalam tema debat capres cawapres sebelumnya. Padahal, kesehatan hewan merupakan persoalan penting dan mendasar bagi kelangsungan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep One health, atau satu kesehatan. Bahwa kesehatan hewan menjadi salah satu kunci dalam pengendalian zoonosis dan pandemi di masa mendatang.

Kedua, sistem kesehatan hewan nasional masih lemah. Bahkan belum optimal. Pasalnya, kesehatan hewan saat ini lebih dominan hanya untuk menopang sektor peternakan. Terbukti, urusan kesehatan hewan selalu beriringan dengan sektor peternakan.

Padahal, komoditas hewan bukan hanya hewan ternak, tetapi ada hewan ikan, hewan liar (satwa liar), hewan kesayangan (anjing, kucing) dan lain sebagainya.

Keberadaan sistem kesehatan hewan yang lemah dapat menjadi indikator semakin meluasnya penyakit hewan eksotik. Seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan African Swine Fever (ASF) serta beberapa penyakit lain yang sejatinya sebelumnya belum pernah ada di Indonesia atau pernah dibebaskan dari Indonesia. Namun kembali atau muncul di Indonesia.

Ketiga, kesehatan hewan merupakan cerminan dari sebuah kemajuan negara. Negara yang maju, biasanya akan peduli terhadap kesehatan hewan. Mereka tidak lagi hanya bagaimana mensejahterakan masyarakatnya, tetapi juga mensejahterakan mahluk hidup dan lingkungan sekitarnya.

Besarnya suatu bangsa dapat dinilai dari cara mereka memperlakukan hewan. (Mahatma Gandhi)

Keempat, kesehatan hewan sangat berkaitan dengan masyarakat dan juga mendorong kesejahteraan peternak, nelayan dan orang-orang yang bersinggungan dengan hewan atau kesehatan masyarakat veteriner. Termasuk, produk pangan asal hewan yang sehat sangat mendukung pemenuhan pangan dan kecukupan gizi masyarakat. Seperti ikan, daging, susu dan telur.

Kelima, kehadiran pemerintah untuk mendorong pusat layanan kesehatan hewan masih belum optimal. Saat ini urusan pengobatan hewan, khususnya pada hewan kesayangan justru menjadi tanggung jawab pemilik.

Artinya, untuk mengurus pengobatan hewan kesayangan, pemilik harus mengeluarkan biaya pribadinya.

Padahal, hewan kesayangan pada masa kekinian, tidak selalu identik dengan identitas kekayaan. Hewan kesayangan justru banyak yang telah menjadi bagian dari sebuah keluarga.

Tidak selalu orang kaya saja yang memelihara hewan kesayangan. Buktinya, penjualan pakan hewan saat ini sudah semakin mendekat di sekitar rumah kita. Bahkan, toko kelontong pun saat ini sudah banyak yang menjual pakan dan kebutuhan hewan kesayangan.

Jika demikian, masih kah kita menganggap kesehatan hewan menjadi kebutuhan tersier alias kebutuhan yang belum penting untuk diangkat dalam tema debat capres dan cawapres? Semoga KPU merespon persoalan ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun