Beliau sendiri hanya bisa dikontak melalui anaknya, Fika. Atas alasan baiknya, aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Uni Fika. Dia adalah orang yang menginfokan soal jadwal dari Pak Yusuf untuk datang konsultasi. Sudah hampir 1.5 bulan kegiatan ini aku jalani. Pak Yusuf sudah aku anggap sebagai orangtua kedua selama di kota ini. Tempat untuk berbagi kebahagiaan, meminta nasihat, dan juga utamanya, tempat untuk menceritakan kesedihan.
Meskipun itu, Uni Fika sendiri pernah cerita bahwa Pak Yusuf akhir-akhir ini sedang berjuang melawan penyakit kanker otak stadium lanjut. Beliau sering bolak-balik ke Rumah Sakit untuk kemoterapi, meskipun itu, semangat beliau tidak patah untuk membantuku dan klien-klien lainnya. Namun, beliau tetap membatasi segala aktivitasnya, tidak seperti yang dulu lagi. Desas desus yang beredar adalah kanker otak yang diderita Pak Yusuf datang dari gadis penyuka caramel itu.
Apapun itu, entahlah.
Aku hanya berharap semoga kanker yang diderita Pak Yusuf itu cepat membaik. Masih banyak orang yang membutuhkan Pak Yusuf untuk kembali. Mereka ingin meluapkan segala kesedihan yang dialami. Termasuk juga aku.
OoOoOoOoOoO
Setelah sampai di kost, aku langsung merenungi apa pesan dari Pak Yusuf tersebut tentang gadis yang ada di mimpi itu. Dan, tiba-tiba, wajahnya mulai terbayang kembali di benakku. Hingga, akhirnya, malam setelahnya, aku kembali mengalami bertemu gadis itu dalam mimpiku.
OoOoOoOoOoO
"Cinta, bagaimana kabarmu sekarang? Sudah tiga bulan ini, aku pergi meninggalkanmu. Entah kenapa, rasa rindu yang ada menjadi membesar. Namun, apalah daya, kita sudah tinggal di dunia yang berbeda."
Entah kenapa kala itu, mulutku tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan.
"Cinta, tadi siang, aku mengenal ada seorang tua renta yang datang melihatku. Aku sangat takut sekali kala itu. Pas aku coba hampiri, ternyata dia orang yang baik. Namun, dia tidak bicara apa-apa, hanya senyum saja dan berkata "Kamu memang orang yang sangat cantik. Wajar jika ada yang mengagumimu hingga sekarang ini. Sampai jumpa lagi, ya!". Apakah kamu kenal dia?"
Di situ, aku bingung mau jawab apa, dan sontak, aku terbangun oleh bunyi alarm dari gawaiku. Sudah ada janji dengan seorang teman di warung kopi langganan.