Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Nostalgia Itu Bernama Kutukan

6 November 2017   19:57 Diperbarui: 6 November 2017   20:06 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya, suasana ini berlangsung sampai seorang jurnalis handal di kampusku berkata tulisanku lebih baik ketimbang Tino. Saat itu, Dewan Pers Fakultas diberikan sebuah workshop oleh Bang Patria, seorang jurnalis handal dari Fakultas Ilmu Budaya. Kebetulan, dia membawakan bahan tentang cara menulis berita dan artikel opini yang tepat. Pada waktu itu, seluruh anggota Dewan Pers mengikuti dan memperoleh sebuah tugas untuk membuat tiga esai, yang terdiri atas dua esai opini dan dua berita.

"Selamat pagi, para jurnalis. Kali ini, saya sudah memberikan penilaian terhadap hasil tulisan teman-teman semua. Kali ini saya melihat ada beberapa esai yang cukup menarik. Tetapi, ada satu hal yang saya ingin sorot karena cukup menarik bagi saya."

Sontak, para peserta workshop pun sempat kebingungan dengan apa yang dimaksud oleh Bang Patria sendiri. Menurut Bang Haris, Bang Patria ini memang terkenal misterius terutama dalam penggunaan kata "menarik" ini. Baginya, kata "menarik" dapat digunakan dalam banyak hal, bisa saja itu positif ataupun negatif.

"Tino!"

Tino pun tersontak kaget ketika dipanggil yang kelak akan terganti dengan berkahan senyum optimis. Mungkin, dia merasa bahwa artikelnya memberikan kesan tersendiri dari Bang Patria sehingga disorot. Ada rasa optimis bercampur disertai narsis yang muncul pada dirinya ketika itu, sangat terlihat dari raut mukanya yang memang sombong ketika itu.

"Gimana, Bang?"


"Sebagai orang yang kenyang pengalaman di jurnalistik, saya kecewa denganmu. Memang, harusnya, esaimu lebih baik dari teman-teman yang lain. Namun, jujur, saya lebih terkesan dengan kerjanya Andi ketimbang kamu. Esainya ini lebih mengalir, dan ada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Tolong sedikit ganti pendekatan dalam menulis. Cukup monoton jika saya lihat akhir-akhir ini. Ada apa?"

"Mmm. Saya sepertinya kurang tidur kali, Bang. Mohon maaf ya, Bang. Tapi, pastiin dulu, Bang. Ketuker apa enggak ya itu tulisannya? Apa jangan-jangan Andi sewa penulis bayaran kali?"

"Astagfirulloh, Tino. Kamu jangan su'uzon kayak gitu. Kadang kritikan itu sendiri dibikin supaya kamu maju. Tapi, Andi, apakah benar itu tulisanmu?"

"Benar, Bang. Saya bikin tadi tanpa bantuan siapapun, Bang."

"Oke, keep it up!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun