Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Getaran dan Tekanan Stairlift di Candi Borobudur akan Menyebabkan Keretakan Batu

18 Juni 2025   11:41 Diperbarui: 18 Juni 2025   18:20 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Wisatawan yang tidak bisa mengakses zona I atau halaman Candi Borobudur lantaran ditutup pada Senin (26/5/2025). (Foto: KOMPAS.com/Egadia Birru)

Menurut arkeolog pensiunan yang sudah berpengalaman di lapangan, Moh. Basyir, sebagaimana tertulis di akun Facebook-nya, pemasangan stairlift bukan perkara sederhana. 

Meskipun portabel dan tanpa paku, struktur batu tetap melibatkan penambahan beban, vibrasi mesin, dan perubahan akses di jalur asli. Getaran mikro dan tekanan berulang menyebabkan mikro keretakan batu yang baru terlihat dampaknya dalam puluhan tahun.

Menurut pihak pemerintah, pemasangan stairlift juga dilakukan pada beberapa kepurbakalaan di mancanegara. Kembali Moh. Basyir berkomentar, "Di Macchu Picchu (Peru), jalur khusus dibuat tanpa mengganggu lereng situs utama. Di Petra (Yordania) pengunjung difasilitasi dengan kereta khusus di jalur perimeter, tanpa menyentuh langsung struktur batuan".

Bangunan Cagar Budaya bukan hanya untuk dinikmati pada masa sekarang, melainkan untuk masa yang jauh ke depan. 

Penikmat Cagar Budaya pun bukan hanya yang kuat fisik, tetapi juga para lanjut usia dan kaum disabilitas. Perlu ada kajian mendalam tentang sarana tambahan untuk mereka, apakah cukup dengan teknologi 3 Dimensi atau alat khusus yang ramah kepurbakalaan.

Sekali lagi, kita butuh kajian keilmuan, bukan keputusan politis. Dulu keputusan politis yang paling dikenal adalah soal penetapan hari lahir Jakarta pada 22 Juni. 

Meskipun banyak pakar merasa keberatan dengan tanggal itu, tetap saja ulang tahun Jakarta diperingati setiap 22 Juni.***    

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun