Amat Panjang
Arkeologi atau ilmu purbakala mempelajari manusia masa lampau melalui tinggalan budaya (artefak). Arkeologi sendiri berjalan dalam waktu yang amat panjang, yakni sejak ribuan tahun yang lalu.Â
Masa itu disebut prasejarah, sebelum dikenalnya aksara. Setelah dikenalnya aksara, yang tertera pada prasasti yupa dari Kalimantan Timur dan bertarikh abad ke-4, arkeologi memasuki masa sejarah.
Arkeologi Indonesia mengenal beberapa peminatan atau spesialisasi berdasarkan masa, yakni Prasejarah, Arkeologi Klasik (Masa Hindu-Buddha), Arkeologi Islam, dan Arkeologi Kolonial. Bahkan kemudian berkembang Arkeologi Bawah Air atau Arkeologi Maritim dan Arkeometri.
Dibandingkan disiplin ilmu lain, arkeologi mengembangkan metode ekskavasi atau penggalian arkeologis. Ekskavasi mengupas tanah sedikit demi sedikit, jadi bukan seperti pekerjaan tukang gali tanah. Itulah sebabnya pekerjaan arkeologi memerlukan waktu lama.
Bukan cuma itu. Wilayah Indonesia amat luas. Dengan demikian kita tidak tahu di mana benda-benda arkeologi itu masih tersembunyi di dalam tanah. Sering kali para arkeolog atau purbakalawan melakukan ekskavasi untuk melanjutkan penemuan tidak disengaja oleh para petani atau penggarap tanah.Â
Sekadar gambaran, Candi Sambisari pertama kali ditemukan oleh penggarap tanah setempat. Setelah diekskavasi dan dipugar, terkuaklah bentuk seperti sekarang. Diketahui Candi Sambisari tertutup abu gunung berapi selama ratusan tahun.
Bersinggungan dengan Masyarakat
Sejak lama banyak terjadi penemuan benda purbakala secara tidak disengaja, termasuk pada masa kolonial. Candi Borobudur, misalnya, terkuak pada masa kolonial.Â
Pada masa kolonial pula banyak benda purbakala kita dibawa ke mancanegara. Banyaknya pencinta benda seni atau kolektor barang antik, menumbuhkan pencurian benda purbakala. Bahkan penyelundupan, untuk kepentingan kolektor mancanegara.
Bersinggungan dengan masyarakat sering terjadi dalam banyak hal. Dalam pembangunan bendungan dan pembangunan jalan tol, masyarakat pernah menemukan benda-benda masa lampau.Â