Di Jakarta terdapat beberapa patung dan monumen yang cukup dikenal masyarakat, misalnya Patung Dirgantara, Patung Pembebasan Irian Barat, dan Patung Selamat Datang.Â
Jadi, untuk mempertahankan kelestarian patung atau monumen itu perlu upaya pelestarian. Salah satunya dengan cara konservasi. Beberapa patung telah dikonservasi oleh Dinas Kebudayaan Daerah Khusus Jakarta melalui Pusat Konservasi Cagar Budaya.
Jika diukur dari tanah, keletakan patung cukup tinggi. Tentu hanya tenaga terampil yang mampu mengerjakan tugas ini. Sekadar gambaran, Patung Dirgantara di bilangan Pancoran, letaknya cukup tinggi. Â
Tiang penyangga yang melengkung mempersulit upaya pendakian. Patung Dirgantara selesai dikonservasi beberapa tahun lalu.
Karena biayanya mahal, Pusat Konservasi Cagar Budaya hanya mampu mengonservasi satu patung setiap tahun. Rencananya tahun ini giliran Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia.
Dalam beberapa kali kegiatan konservasi, ternyata tidak pernah didampingi tim dari K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja. "Tahun ini kami akan meminta pendampingan dari tim K3," kata Kepala Pusat Konservasi Cagar Budaya Norviadi S. Husodo.Â
Masalah K3 disampaikan oleh Gurubesar K3 FKM UI Prof. Dr. Indri Hapsari Susilowati. Norviadi dan Indri menjadi pembicara dalam Seminar Nasional & Pameran "Pelestarian Cagar Budaya yang Berkelanjutan" yang diselenggarakan pada 11 Februari 2025 di Museum dan Galeri Toeti Heraty, yang sebelumnya dikenal sebagai Galeri Cemara 6.
Dalam seminar berbicara delapan orang. Keenam lainnya adalah Judi Wahjudin (Kementerian Kebudayaan), Sugiarto Goenawan (ahli kimia), Wiwin Djuwita (arkeolog), Gatot Ghautama (arkeolog), Subkhan (ahli konstruksi), dan Albertus Kriswandhono (arsitek pelestari).
Kawasan
Terungkap dari seminar itu bahwa sejak lama di Jakarta ada dua kawasan pelestarian, yakni daerah Menteng dan Kebayoran Baru. Satu daerah lagi adalah Pasar Baru.Â
Kawasan Kotatua Jakarta juga merupakan kawasan pelestarian. Berbeda dari tiga kawasan lain, kawasan Kotatua ditentukan berdasarkan bangunan-bangunan yang ada terlebih dulu. Dua pembicara dalam seminar ini adalah Gatot Ghautama dan Norviadi S. Husodo.
Subkhan menyatakan bahwa kontraktor selalu memperhatikan keselamatan tinggalan masa lalu. Misalnya memasang jaring untuk pengamanan bangunan cagar budaya yang terdapat di sebelah atau samping gedung yang sedang dibangun.
Ia juga melihat kontraktor yang menangani jalur MRT selalu melaporkan temuan purbakala. Hasil dari upaya itu antara lain rel trem, keramik, saluran air, dan koin.
"Sekarang perhatian kontraktor sudah cukup tinggi karena kontraktor akan mendapat credit point dari tindakannya itu," kata Subkhan.
Pameran menampilkan peralatan keselamatan kerja seperti sepatu dan pakaian. Sementara stan Pusat Konservasi Cagar Budaya menyediakan koin lama dan asam sitrat.Â
Pengunjung pameran bisa praktek cara-cara membersihkan koin. Setelah koin direndam, kemudian disikat secara perlahan-lahan untuk membersihkan kotoran termasuk karat yang melekat pada koin.
Kegiatan seminar dan pameran diinisiasi oleh Perisai Budaya Nusantara, Perkumpulan Pelestari Cagar Budaya Nusantara. Komunitas ini dinakhodai oleh Hasanuddin.Â
Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Berthold Sinaulan berkenan memberikan kata sambutan dalam seminar hasil kolaborasi beberapa pihak itu.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI