Pancasila merupakan falsafah, pandangan hidup, serta  dasar berbangsa dan bernegara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut sudah disepakati para pendiri negara dan terus dijaga oleh para penerus agar Indonesia tidak bisa dirongrong bahkan dikuasai oleh ideologi asing yang tentunya tidak sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.Â
Â
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan beragam suku bangsa, budaya, agama, aliran kepercayaan, serta berbagai keunikan lainnya hanya tepat dibingkai dalam naungan Pancasila dengan semboyan negara bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetap satu juga.Â
Â
Keragaman tersebut sejatinya tidak melulu dalam pola konsep atau cara berpikir, dalam dunia keseharian pun dalam bertindak atau tataran praktis pun keragaman adalah sebuah keniscayaan atau fakta yang tak terbantahkan.
Â
Nah, fenomena tersebut mesti disadari betul oleh para penyelenggara negara, insan cerdik cendekia, serta segenap bangsa dan negara. Kesadaran dan berlanjut kepada kepedulian akan eksistensi Pancasila sangat penting disampaikan dan dikembangkan kepada para remaja sebagai calon pemimpin Indonesia di masa depan.
Â
Ada banyak cara menyadarkan atau memberikan pemahaman kepada para remaja tentang pentingnya Pancasila. Salah satunya mengadakan lomba tentang kepancasilaan dengan tema yang berkaitan langsung dengan masyarakat terutama para pelajar.
Â
Upaya Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Cibinong (Smantic) yang menggelar lomba debat pendidikan Pancasila adalah ibarat oase  alias sumber air minum di tengah-tengah gurun pasir yang tandus.Â
Â
Kegiatan lomba pendidikan Pancasila yang dielaborasikan dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), mata pelajaran Pendidikan Pancasila, dengan dukungan manajemen Smantic itu memasuki tahapan grand final pada hari Kamis, 21-5-2025 mempertemukan perwakilan kelas XI C3 dengan XI B1 dengan tema debat ihwal pro-kontra larangan study tour TK-SD-SMP-SMA di provinsi Jawa Barat.
Â
Seperti disampaikan oleh Wakil Kepala Smantic urusan kesiswaan Iwan Setiawan bahwa, lomba debat ini merupakan salah satu cara kita berbangsa dan bernegara dengan memberdayakan mata pelajaran dalam memandang atau mencari solusi dalam menjawab persoalan keseharian.
Â
Dalam lomba debat pendidikan Pancasila Smantic tersebut peserta lomba diberikan menyatakan pendapat dalam beberapa babak, dari mulai pemaparan, saling lempar pertanyaan - jawaban interaktif hingga penutupan pernyataan (clossing statement).
Â
Â
Dalam pembinaan guru Pendidikan Pancasila Mutmainah dan dukungan Euis Kusmawati sebagai guru bahasa Indonesia para peserta lomba memberikan pendapatnya dengan data-data dari informasi siswa, membaca berita, menyimak pernyataan-pernyataan Kang Dedi Mulyadi (KDM) di media sosial para peserta debat meyakinkan para audiens di depan dewan juri yang terdiri Yuliana Erna Wea, Winda Yulinda, dan  Febri Hastuti. Pada tahun 2025 ini juara lomba pendidikan Pancasila diraih oleh kelas XI B1 dengan wali kelas Adi Bahtiar. Â
Â
Upaya Smantic yang menggelar debat pro kontra study tour, saya pikir, mesti terus dilakukan dan dikembangkan dengan berbagai penyempurnaan.Â
Â
Kegiatan sangat positif itu bukan saja memenuhi kewajban dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, akan tetapi mengasah kemampuan berpikir, kecermatan mencari data, responsif pada perubahan, peduli kepada lingkungan sekitar, tetap berpikir kritis terhadap kebijakan, menghargai perbedaan pendapat, serta memandang sebuah masalah secara utuh dan menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai dimensi kehidupan.(Djadjas)***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI