Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Suku Baduy Ingin Dicoret dari Tujuan Wisata, Ada Apa Gerangan?

7 Juli 2020   11:49 Diperbarui: 7 Juli 2020   12:04 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perwakilan Suku Baduy Membubuhkan Cap Jempol Surat ke Presiden (Sumber: detik.com)

Di tengah upaya normalisasi kehidupan termasuk kegiatan pariwisata setelah lama berhenti akibat pandemi, sebuah kabar sebaliknya justru muncul dari tanah Baduy. 

Dilansir dari laman detik.com, masyarakat suku Baduy mengirim surat kepada Presiden Jokowi untuk mengajukan permohonan agar kawasan adat Baduy dihapuskan dari destinasi wisata nasional (1). Mereka ingin agar kawasan tersebut ditetapkan sebagai cagar alam dan cagar budaya yang dilindungi oleh negara dari tangan orang yang tidak bertanggung jawab.

Lalu ada apa gerangan hingga masyarakat suku Baduy keberatan wilayahnya menjadi tujuan wisata? Salah satu penyebabnya adalah kekhawatiran terjadinya pencemaran lingkungan yang mulai merebak akibat banyaknya wisatawan dan pedagang yang masuk ke wilayah tersebut. 

Para wisatawan dan pedagang membawa makanan dan minuman plastik yang mengotori sekaligus mencemari lingkungan kawasan Baduy yang seharusnya masih alami dan bersih dari sampah.

Jumlah wisatawan yang datang ke Baduy semakin hari semakin besar dan tidak terkontrol serta banyak yang tidak mengindahkan dan menjaga kelestarian alam. 

Hilir mudiknya wisatawan tersebut juga mengganggu ketentraman masyarakat Baduy yang masih berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai adat leluhur mereka agar tidak diracuni oleh kebudayaan luar yang semakin mengganggu ekosistem mereka.

Penyebab lainnya adalah masyarakat Baduy selama ini hanya menjadi 'obyek' wisata, bukan sebagai 'subyek' yang setara dan saling menghormati. 

Masyarakat suku Baduy dianggap sebagai 'tontonan' oleh turis baik domestik maupun asing, bukan sebagai tuntunan yang dipanuti oleh para pengunjung. 

Sebenarnya masyarakat suku Baduy tidak pernah menolak kedatangan orang asing sepanjang niatnya bersilaturahmi, tidak sekedar jalan-jalan menikmati mereka sebagai obyek wisata saja (2).

Masyarakat suku Baduy berharap mereka yang datang memang ingin berkenalan sekaligus menjalin tali persaudaraan dengan wisatawan yang datang. Selain itu mereka juga ingin agar para wisatawan menghormati adat istiadat suku Baduy dengan turut menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan serta menaati segala aturan yang berlaku di kawasan tersebut.

* * * *

Memang sudah menjadi masalah umum, tidak hanya terjadi di wilayah Baduy saja tetapi hampir di setiap tempat wisata, para wisatawan tidak disiplin menjaga adab dan sopan santun serta menaati adat istiadat setempat. Selain itu mereka juga sering membuang sampah sembarangan di mana saja tanpa mempedulikan kelestarian alam dan lingkungan. 

Akibatnya banyak tempat wisata berubah jadi kumuh dan tidak terawat dengan baik. Toilet kotor, sampah dimana-mana sudah menjadi pemandangan umum obyek wisata di Indonesia.

Seharusnya di era new normal ini, disiplin tidak hanya sekedar memakai masker dan menjaga jarak serta mencuci tangan saja, tetapi juga menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menimbulkan varian virus baru sebagai akibat mutasi virus lama dan lingkungan yang kotor. Masyarakat terutama wisatawan perlu disadarkan bahwa kebersihan adalah faktor penting untuk mencegah masuknya penyakit dan meningkatkan imunitas tubuh.

Mumpung lagi pada parno sama virus, sebaiknya kampanye kebersihan lingkungan harus lebih digalakkan, bukan memperberat syarat berwisata seperti harus rapid tes atau swab tes, atau mengurus surat kesehatan segala. Cukup pakai face shield, masker, cuci tangan, jaga jarak, dan lebih penting adalah menjaga kebersihan lingkungan daripada malah meribetkan urusan dengan surat menyurat yang tidak penting, malah masyarakat jadi curiga ada udang di balik batu.

Jujur saya masih heran dengan para pejabat yang ada di gugus tugas, koq tidak menangkap maksud pak presiden untuk segera menggerakkan aktivitas ekonomi termasuk pariwisata. Alih-alih mempermudah malah justru semakin memperberat persyaratan yang sebenarnya tidak berguna. 

Lebih baik lakukan pengadaan face shield, tempat cuci tangan, serta menggerakkan aparat keamanan untuk mengawasi masyarakat agar lebih disiplin, bukan lagi membuat persyaratan yang mengada-ada dan tidak lagi sesuai tujuan.

Sumber:
(1) detik.com
(2) detik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun