Mohon tunggu...
Divia Ayu Prihatina
Divia Ayu Prihatina Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Education is Investation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fleksibilitas Kurikulum Prototipe sebagai Realitas Pendidikan dalam Perspektif John Dewey

30 Desember 2021   13:23 Diperbarui: 30 Desember 2021   14:13 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasalnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengatakan bahwa akan menawarkan kurikulum yang lebih fleksibel pada tahun 2022 mendatang. 

Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo dalam Instagram pribadinya, Selasa (30/11/2021). 

Menurutnya, kurikulum yang ditawarkan itu akan lebih berfokus pada materi yang esensial, sehingga tidak lagi terpaku pada textbook. Karena kita tahu pandemi telah mendisrupsi pendidikan yang mengakibatkan anak-anak kehilangan kesempatan belajar (learning loss).

Kepala BSKAP juga menyebutkan bahwa sedikitnya ada tiga karakteristik utama Kurikulum Prototipe yang dinilai dapat mendukung pemulihan pembelajaran di masa pandemi. 

Pertama, pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) dan karakter mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis proyek. 

Kedua, Kurikulum Prototipe berfokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar. 

Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Begitu pun evaluasi dampak dari kurikulum darurat yang disederhanakan menunjukkan perubahan yang  positif yakni guru tidak lagi kejar tayang materi pelajaran, guru bisa lebih fokus pada materi esensial, guru bisa lebih banyak berdialog memberi umpan balik yang bermakna, dan hasil belar siswa jauh lebih tinggi daripada sekolah-sekolah yang tetap menggunakan kurikulum 2013 secara utuh.

Hal itu sejalan dengan pemikiran John Dewey bahwa pengalaman adalah basis pendidikan. Menurutnya, pengalaman sebagai sarana dan tujuan pendidikan. 

Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-menerus. Inti pendidikan adalah usaha untuk terus-menerus menyusun kembali (reconstruction) dan menata ulang (reorganization) pengalaman hidup peserta didik.

Mengenai kurikulum, John Dewey berkeyakinan bahwa perlunya menempatkan siswa, kebutuhan dan minatnya sebagai sesuatu yang sentral. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun