c. Teknik memasak
Ada banyak variasi, beberapa yang populer:
- Bumbu kuning: tumisan bumbu halus (kunyit, kemiri, cabai, bawang merah, bawang putih) ditambah lengkuas, asam jawa, serai, daun salam, dan daun jeruk, menghasilkan aroma harum segar.
- Tumis pedas: cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan daun kemangi yang membuat rasa lebih mantap.
- Kuah santan: perpaduan rempah dengan santan yang memberi rasa gurih nan kaya.
d. Cara menikmati
Dahulu, tutut disantap dengan meniup sedikit bagian bawah cangkang, lalu menyeruput dagingnya langsung dari cangkang. Unik, kan? Kalau sekarang, orang lebih sering menggunakan tusuk gigi agar praktis dan lebih mudah.
Jangan-jangan kalau mertua lewat pun aku tak sempat menyapa, apalagi menawari, saking khusyuknya menyeruput isi cangkang satu per satu.
Tutut: Simbol Kuliner Lokal
Tutut bukan sekadar hidangan biasa dari sawah dan rawa, melainkan juga potongan kecil dari perjalanan kuliner dan budaya kita. Dari cara menikmatinya yang unik hingga perbedaan sebutan antara daerah, tutut menyimpan cerita tentang keragaman tradisi dan selera.
Di balik cangkang kecilnya, ia mengajarkan bahwa sesuatu yang tampak sepele bisa memberi rasa, gizi, bahkan kenangan yang melekat.
Menyantap tutut berarti merayakan kedekatan dengan alam, kehangatan keluarga, serta kearifan lokal yang patut terus dijaga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI