Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tutut, Kuliner Kampung yang Melintasi Zaman dan Selera

13 September 2025   12:47 Diperbarui: 13 September 2025   12:54 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saking excited menemukannya, tinggal sedikit baru kuingat buat foto semangkuk tutut ini. (Foto: Dokumen pribadi)

c. Teknik memasak

Ada banyak variasi, beberapa yang populer:

  • Bumbu kuning: tumisan bumbu halus (kunyit, kemiri, cabai, bawang merah, bawang putih) ditambah lengkuas, asam jawa, serai, daun salam, dan daun jeruk, menghasilkan aroma harum segar.
  • Tumis pedas: cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan daun kemangi yang membuat rasa lebih mantap.
  • Kuah santan: perpaduan rempah dengan santan yang memberi rasa gurih nan kaya.

d. Cara menikmati

Dahulu, tutut disantap dengan meniup sedikit bagian bawah cangkang, lalu menyeruput dagingnya langsung dari cangkang. Unik, kan? Kalau sekarang, orang lebih sering menggunakan tusuk gigi agar praktis dan lebih mudah.

Fokus total sama tutut, lupa kanan kiri. (Foto: Dokumen pribadi)
Fokus total sama tutut, lupa kanan kiri. (Foto: Dokumen pribadi)
Menyedot daging kecil dari cangkang itu memang jadi kenikmatan tersendiri—apalagi ketika bumbu pedas gurih ikut terbawa sampai ke ujung lidah. Kalau sudah menikmati tutut, suka lupa diri.

Jangan-jangan kalau mertua lewat pun aku tak sempat menyapa, apalagi menawari, saking khusyuknya menyeruput isi cangkang satu per satu.

Tutut: Simbol Kuliner Lokal

Tutut bukan sekadar hidangan biasa dari sawah dan rawa, melainkan juga potongan kecil dari perjalanan kuliner dan budaya kita. Dari cara menikmatinya yang unik hingga perbedaan sebutan antara daerah, tutut menyimpan cerita tentang keragaman tradisi dan selera.

Di balik cangkang kecilnya, ia mengajarkan bahwa sesuatu yang tampak sepele bisa memberi rasa, gizi, bahkan kenangan yang melekat.

Menyantap tutut berarti merayakan kedekatan dengan alam, kehangatan keluarga, serta kearifan lokal yang patut terus dijaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun