Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tutut, Kuliner Kampung yang Melintasi Zaman dan Selera

13 September 2025   12:47 Diperbarui: 13 September 2025   12:54 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saking excited menemukannya, tinggal sedikit baru kuingat buat foto semangkuk tutut ini. (Foto: Dokumen pribadi)

Siapa sangka, di tengah riuh Jakarta Pusat, aku kembali bertemu dengan salah satu makanan favorit masa kecilku: tutut, si keong sawah yang gurih.

Waktu itu,aku diajak makan salah satu sahabat kecilku di Sate Maranggi Haji Yetty cabang Cempaka Putih. Saat membuka menu, mataku langsung terpaku pada satu kata yang membuat nostalgia menyeruak.

Tanpa pikir panjang, aku memesannya, dan seketika ingatan tentang sore-sore di kampung menyerbu begitu saja—duduk di beranda sambil menikmati daging tutut langsung dari cangkangnya.

Tutut memang bukan sekadar lauk sederhana. Ia menyimpan cerita panjang tentang kehidupan masyarakat agraris yang akrab dengan sawah dan segala yang tumbuh di dalamnya.

Dari camilan kampung hingga menu di restoran, perjalanan tutut adalah bukti bahwa kuliner bersahaja bisa melintasi zaman sekaligus membawa pulang kenangan.

Tutut atau Kreco? Mengenal Si Keong Sawah

Tutut, atau Filopaludina javanica, adalah sejenis siput kecil air tawar yang hidup di sawah, rawa, dan perairan tenang lainnya. Dalam bahasa Jawa Timur, tutut lebih sering disebut kreco.

Aku sendiri sejak kecil lebih terbiasa menyebutnya tutut, karena ibuku berasal dari Jawa Barat, tanah Sunda yang memang erat dengan kuliner ini.

Penyebutan boleh berbeda, tetapi esensinya sama: hewan kecil bercangkang ini pernah begitu lekat dengan keseharian orang desa.

Habitatnya dekat sekali dengan kehidupan petani: di pematang sawah yang tergenang air, di selokan kecil yang jernih, atau di cekungan tanah penuh air hujan. Tak heran bila tutut dulu mudah ditemukan, terutama saat musim tanam.

Meski tampilannya sederhana, tutut menyimpan kandungan gizi yang cukup tinggi. Ia kaya protein, mengandung kalsium yang baik untuk tulang, serta relatif rendah kolesterol.

Selain itu, beberapa vitamin dan mineral penting juga ada di dalamnya, menjadikannya sumber makanan bergizi yang sering terlupakan.

Kisah Tutut di Balik Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun