Nama "karak" sendiri sering disalahpahami. Ia tidak ada kaitannya dengan nasi karak (nasi sisa yang dijemur) ataupun kerupuk karak dari Solo. Ini hanya istilah yang sejak awal melekat pada kuliner ini.
Jika ingin mencicipi rasa resep warisan dari generasi ke generasi, Sate Karak Ibu Elis di Jalan Ampel Lonceng No.60 adalah tempat yang tepat. Kombinasi rasa gurih, manis, dan pedasnya menyatu dengan pas di lidah, membuat warung Bu Elis layak disebut salah satu penjaga tradisi kuliner tua.
Sate Karak adalah harum rempah yang beterbangan di lorong-lorong Ampel, menyatu dengan riuh doa dan obrolan pedagang. Ia bukan sekadar makanan, melainkan potret rasa Surabaya yang klasik, lahir dari perjumpaan budaya dan sejarah.
Es Krim Zangrandi: Manis Klasik yang Mendunia
Jika sate karak mengajak kita menelusuri jalan kecil Ampel, es krim Zangrandi membawa kita ke bangunan bergaya kolonial di pusat kota. Didirikan oleh Roberto Zangrandi, seorang imigran Italia, pada 1930, kedai es krim ini mempertahankan resep autentik hingga kini.
Es Krim Zangrandi menghadirkan sensasi creamy dan manis yang seimbang, dengan rasa klasik seperti vanila, cokelat, dan mocca. Setiap sendokannya seolah mengajak kita menembus waktu, menikmati Surabaya di masa lampau.
Tak heran, Zangrandi diakui sebagai salah satu dari 100 es krim ikonik dunia—sebuah pengakuan internasional yang membuatnya bukan hanya legendaris di Surabaya, tetapi juga mendunia.
Es Krim Zangrandi seolah pelukan manis dari masa lalu Surabaya, lembut dan menenangkan, tetapi tetap abadi hingga hari ini.
Mengapa Harus Dicoba?
Ketiga kuliner ini—lontong kikil , sate karak, dan es krim Zangrandi—menyimpan cerita yang berbeda, tetapi punya benang merah yang sama: keaslian Surabaya.
Lontong kikil mewakili kekayaan rasa sehari-hari yang hangat dan membumi., sate karak membawa kita pada perjalanan ke tradisi Ampel yang autentik, sementara es krim Zangrandi menghadirkan nostalgia klasik dengan pengakuan dunia.
Mereka bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari sejarah dan identitas kota.
Bagi siapa pun yang datang ke Surabaya, mencicipi ketiganya adalah cara terbaik untuk mengenal jiwa kota ini—melalui lidah, aroma, dan cerita yang melekat di setiap sajian.