Mohon tunggu...
Ditta Widya Utami
Ditta Widya Utami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

A mom, blogger, and teacher || Penulis buku Lelaki di Ladang Tebu (2020) ||

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Pendidikan] Guru, KPK, dan Bimbel

13 Januari 2019   07:20 Diperbarui: 13 Januari 2019   08:05 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sedang belajar di lingkungan sekolah, sesuatu yang bisa jadi tidak didapatkan dalam bimbel. (Foto: Dokpri)

Selain itu, berdasarkan pengalaman penulis mendidik selama enam tahun, ada banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi gagalnya proses belajar mengajar di kelas, antara lain:

Pertama, kasus broken home. Perceraian orang tua, kekerasan terhadap anak, kurangnya kasih sayang karena orang tua sibuk bekerja merupakan hal-hal yang dapat membuat anak kurang fokus saat belajar di kelas, membuat anak menjadi suka mencari perhatian dengan menjahili teman atau membuat keributan saat jam pelajaran berlangsung.

Kedua, pacaran dan pergaulan. Zaman sekarang, anak SD saja sudah ada yang pacaran dan bilang sayang sayangan. Pikirannya sudah terbagi apalagi kalau sedang ribut dengan pacar, diputusin atau ada orang ketiga. Di kelas anak jadi melamun, di media sosial ribut status, di rumah pun tidak belajar.

Ketiga, banyak anak yg masih belum lancar calistung (membaca, menulis dan menghitung). Perkalian under 10 saja mikirnya kadang lama sekali. Efek tuntutan masuk SD harus bisa baca (sepertinya) sehingga anak tidak betul-betul dibimbing bagaimana memproses perkalian, penjumlahan, pembagian, pengurangan, membaca, mengeja, keterampilan-keterampilan dasar yang bahkan dibutuhkan oleh seorang profesor. Kurangnya kemampuan dasar ini juga jadi salah satu penghambat dalam proses pembelajaran di kelas.    

Keempat, game dan keadaan ekonomi. Penulis beberapa kali pernah menangani kasus anak-anak yang enggan sekolah karena sudah kecanduan game online. Penulis juga pernah menangani anak-anak yang hanya karena tidak dibelikan handphone atau motor oleh orang tua (karena keadaan ekonomi yang terbatas), lantas mereka mogok sekolah.

Memang betul, kurang efektifnya pembelajaran di kelas bisa menjadi salah satu faktor bagi guru untuk membuka jasa bimbel. Namun, perlu disadari bahwa faktor gagalnya proses belajar mengajar di kelas tidak hanya berasal dari pihak sekolah. 

Jika orang tua/wali, komite dan pihak sekolah bekerja sama, bukan tidak mungkin jika pembelajaran di kelas akan jauh lebih dari cukup tanpa harus ada bimbel lagi.

 Bagi guru, jangan sampai pelit ilmu jika membuka bimbel. Beberapa informasi sengaja disembunyikan saat pembelajaran di kelas, sementara saat bimbel dibuka blak-blakan. 

Tetaplah bersikap adil sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan yang berbunyi, "Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun