Mohon tunggu...
Ditasaid
Ditasaid Mohon Tunggu... Universitas Pendidikan Indonesia

Hidup akan menjadi lebih baik jika kita mempelajarinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kendala yang Dirasakan Orang Tua Siswa dalam Mendampingi Anak Melakukan PJJ

25 Desember 2020   02:31 Diperbarui: 27 April 2021   07:30 2159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pembelajaran daring dimasa pandemi covid 19 ini, orang tua merupakan salah satu orang yang berpengaruh atas keberlangsungan kegiatan belajar mengajar, karena orang tua lah yang mampu mengawasi, mengontrol dan membantu anak dalam menyelesaikan segala tugas dan pembelajaran yang diberikan oleh guru selama diberlakukannya Study Frome Home ini. 

Sehingga orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anaknya, baik itu edukasi mengenai bahaya pandemi Covid-19 maupun mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Dengan begitu kegiatan belajar mengajar selama pandemi covid-19 masih bisa terus berlangsung meski dilakukan secara daring.

Pada awal tahun 2020, dunia khususnya Indonesia di gemparkan oleh penemuan virus baru yang penyebarannya sangat cepat, yaitu Covid-19. World Health Organization (WHO) menamakan penyakit tersebut Coronavirus Desease 2019 merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Revere Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. 

Dengan merebaknya virus ini kita dihimbau untuk antisipasi dan waspada, karena Covid-19 bisa menyerang siapapun dan dimanapun, sehingga diharapkan masyarakat untuk melakukan segala kegiatan dari dirumah, dan tetap dirumah demi melindungi diri serta keluarga dengan cara menjaga jarak atau social distancing demi memperlambat penyebaran Covid-19. 

Dengan adanya Covid-19 membuat segala aktivitas masyarakat lumpuh total, mulai dari kegiatan perkantoran, sekolah, sampai kegiatan per-ekonomipun ikut lumpuh dampak dari ditutupnya sementara segala kegiatan yang menyebabkan kerumunan manusia demi pempersempit penyebaran Covid-19, termasuk kegiatan belajar mengajar disekolah.

Sejak Presiden Indonesia, Ir. Joko Widodo menetapkan status keadaan tertentu tentang bencana nonalam penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional dengan keputusan presidan, Keppres 12 tahun 2020. Untuk mengatasi penyebaran Covid-19 Presiden membuat kebijakan untuk belajar dari rumah bagi pelajar dan mahasiswa, demi keamanan dak keselamatan kita semua, agar masalah Covid-19 tertangani dengan maksimal. 

Namun hal ini berdampak bagi orang tua siswa, dimana orang tua harus memberikan pembelajaran bagi anaknya dirumah seperti guru memberikan pembelajaran bagi siswa di sekolah, mendampingi anak melakukan pembelajaran daring hingga waktu sekolah berakhir.

Hal ini menuai pro dan kontra diantara orang tua siswa. Ada yang mengatakan bahwa anaknya cukup mandiri dalam melakukan pembelajaran daring. Sehingga hanya perlu dikontrol sesekali dan adapula yang sebaliknya. 

Mereka mengatakan bahwa pembelajaran daring merupakan tantangan berat karena orang tua harus ikut belajar dalam mendampingi anaknya melaksanakan pembelajaran, karena tidak semua orang tua berlatar belakang pendidikan tinggi, sehingga tidak semua orang tua mampu mendampingi setiap mata pelajaran yang ada. 

Baca: Yuk, Ajak Anak Semangat PJJ

Tidak hanya itu masalah lain yang dialami adalah adanya keluhan orang tua siswa mengenai anaknya yang sangat sulit untuk melakukan pembelajaran daring karena terlalu dekat dengan teknologi, mereka lebih mementingkan bermain game online dibanding dengan melakukan pembelajaran, sehingga dari sini lah akan terlihat bagaimana pola asuh orang tua ketika anak melakukan pembelajaran daring dari rumah.

Kementrian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan berbagai penyesuai pembelajaran selama masa pandemi tujuannya agar pembelajaran jarak jauh tidak membebani guru dan orang tua, terutama siswa yang merupakan peran utama dalam pendidikan. Penyesuaian tersebut tertuang dalam suarat edaran Nomor 2 tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan covid-19 di lingkungan Kemendikbud serta Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada satuan pendidikan.

Bencana nonalam yang terjadi diseluruh penjuru dunia ini, khususnya Indonesia mengajarkan kita bahwa pendidikan yang paling utama adalah pendidikan orang tua, sehingga orang tua diharapkan mampu dan bersedia mendampingi serta membimbing anaknya untuk belajar, dan memahami setiap mata pelajaran. 

Tidak serta merta orang tua memberikan beban pengajaran seluruhnya kepada guru, karena guru tidak hanya mendidik 1-2 orang siswa. Sehingga orang tua diharapkan dapat bekerja sama bersama guru untuk mencipkatan pembelajaran yang kondusif terlebih dimasa pandemi seperti saat ini.

Dalam  hasil wawancara bersama bunda LN yang merupakan orang tua dari siswa berinisial PEDS menyatakan bahwa selama masa pembelajaran daring yang dilaksanakan memiliki banyak sekali kendala diantaranya kendala siswa yang menurut orang tua sudah mengerjakan tugas dan mengirimkannya kepada guru yang bersangkutan melalui platform pembelajaran daring, namun belum mendapatkan hasil berupa nilai, kendala disini terletak pada jaringan internet yang buruk atau status aplikasi yang sedang down, sehingga tugas tugas siswa yang telah dikirimkan tidak terbaca oleh guru yang bersangkutan.

Menurutnya pembelajaran yang paling efektif dan efesian adalah pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan disekolah karena siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran serta dapat maksimal dalam memahaminya, terlebih jika pembelajaran dijelaskan secara langsung dan detail oleh guru mata pelajara yang kompeten. 

Karena menurut bunda LN pembelajaran yang paling sulit untuk dipahami dan dimengerti adalah pelajaran matematika, karena apabila siswa hanya mendapatkan penjabaran materi melalui video pembelajaran yang dikirimkan oleh guru itu tidak sepenuhnya efektif, kerena hanya terdapat interaksi satu arah, terlebih pelajaran matematika membutuhkan pemahaman yang mendalam, agar materi yang tersampaikan dapat dipahami secara maksimal oleh siswa.

Ternyata tidak hanya mata pelajaran matematika saja yang memngalami kendala, tetapi dalam beberapa matapelajaran pun terdapat berbagai macam kendala mulai dari materi tugas sampai ujian. Terlebih dimasa pandemi ini siswa dan guru dituntut untuk memaksimalkan penggunakaan teknologi digital dalam jaringan. 

Sehingga membuat siswa segan dan takut untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi terkait materi mata pelajaran yang diberikan melalui video pembelajaran kepada guru yang bersangkutan, apalagi media yang digunakan dalam menanyakan kesulitan tersebut adalah aplikasi whatsapp. 

Sehingga terdapat rasa yang tidak enak apabila harus menghubungi guru yang bersangkutan demi menanyakan mata pelajaran yang dirasa sulit, karena takut menggangu bapak dan ibu gurunya, dan khawatir akan kesalahan kalimat yang tertulis dalam pesan singkat.

Tidak semua orang tua atau keluarga siswa yang tinggal bersama siswa dapat dan mampu membantu kesulitan siswa dalam melaksankan pembelajaran daring karena keterbatasan pengetahuan atau pengalaman yang didasari latar belakang pendidikan yang kurang memadai. 

Baca: Nilai Siswa Menurun Selama PJJ, Guru yang Disalahkan?

Terlebih banyak orang tua yang merendahkan diri mereka sendiri dikarenakan pendidikan yang mereka tempuh tidak tinggi, hanya sampai SLTA pada masa itu, sehingga ada ketidak percayaan diri dari orang tua terhadap potensi yang dimilikinya untuk membantu keberlangsungan pembelajaran daring siswa.

Menurut bunda IS yang merupakan orang tua dari siswa berinisial KAN bahwah pembelajaran jarak jauh yang disebabkan oleh pandemic covid 19 ini membuat orang tua panic, karena berfikir bahwa akan banyak rintangan yang harus dihadapi mengingat yang dihadapi ini adalah murid SMP, karena orang tua merasakan bahwa ilmu yang dimiliki terbatas, dan karena sudah lama tidak mempelajari pelajaran SMP. 

Sehingga itulah yang menjadi tantangan untuk kami, menurutnya. Dengan keterbatasan tersebut membuat orang tua menjadi semangat untuk terus menemani anak belajar dan apabila ada kesulitan dalam satu mata pelajaran, orang tua usahakan untuk membantu membuka google dan ternyata selama ini cara tersebut cukup berhasil. 

Memang hasilnya tidak selalu sesuai yang diharapkan, karena menurutnya penjelasan dari guru seacara langsung melalui pembelajaran tatap muka disekolah tetaplah menjadi solusi yang terbaik, karena didalamnya terdapat feedback dua arah. Dan terkadang sinyal juga menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan pembalajaran daring.

Kendala lain yang dirasakan orang tua adalah, perubahan sikap anak terhadap pelajaran karena mungkin factor dari kebosanan yang dirasa sehingga membuat anak memiliki mood yang berubah ubah, terlebih dari setiap materi atau atau soal soal yang diberikan oleh guru lewat pembelajaran daring harus dikerjakan oleh siswa, bisa gak bisa, mengerti ga mengerti harus tetap dikerjakan tetap dikumpulkan. 

Berbeda dengan pembelajaran tatap muka, apabila siswa memiliki kendala atau kesulitan, siswa bisa bertanya kepada guru yang bersangkutan secara langsung sehingga menemukan solusi yang pas, karena terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa dan setiap penjelasan yang dijelaskan mudah diterima oleh siswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun