Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Iklan Anak Sapi, Inspirasi Pagi ini :):)

4 Desember 2012   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secangkir teh hangat menemani saya membaca Manufacturing Hope 54 pagi ini (http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/12/03/setelah-persoalan-makanan-yang-mahal-dipecahkan/).

Terlambat sehari setelah jadwal tayang MH setiap Senin pagi. Putusnya kabel sambungan internet karena tertimpa dahan palem tua di ujung jalan, membuat aktifitas pekerjaan maupun selingan menulis seperti ini menjadi agak tersendat beberapa hari.

Membaca MH buat saya adalah hiburan tersendiri, dimana ia tidak hanya memberikan informasi yang luas tentang dunia yang jauh dari jangkauan dan pengetahuan selama ini, tapi juga mendorong otak memproduksi harapan dan inspirasi. Menyalakan semangat juang dan semangat terus belajar hal-hal baru.

Benarlah, bahwa semakin banyak menyimak dan membaca, kita akan menyadari bahwa apa yang kita tahu sebenarnya hanyalah ’setitik saja” dari lautan ilmu yang luas tiada batasnya.

Setelah pabrik tebu, sorgum, susu etawa di Bukit Manoreh, mobil listrik, pembangunan tol bandara Ngurah Rai – Nusa Dua – Tanjung Benoa, dan aneka topik menarik lainnya yang ditulis dengan sangat segar dan cantik di setiap MH, di MH 54 ini, ada iklan lowongan yang membuat saya tersenyum tentu saja.

Dicari : 100.000 ekor anak sapi

Waktu : Tahun 2013

Pembeli : BUMN

Tujuan : Dipelihara sebagai sapi potong untuk membantu mengatasi kekurangan daging lokal

Sebuah komentar dari pembacanya bahkan membuat saya tertawa pagi ini. “Bakal ada hajatan besar: kawin (suntik) masal. “pengantin betina” most wanted”. Hehehe...

Terlepas dari ide ini cukup fantastis dan adalah terobosan baru yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bisa bertarung melewati berbagai hambatan, topik ini menarik ditinjau dari sisi liku-liku sebuah usaha maupun romantika kehidupan manusia secara lebih luas pastinya.

Sedikit mengulas persoalan tentang upaya mengatasi kekurangan daging lokal yang sudah berjalan puluhan tahun.  Banyak kendala tentunya yang terjadi di lapangan. Di bawah komando Pak Dis, satu per satu benang kusut itu sedang dalam proses penguraian. Dimana di antaranya adalah mahalnya pakan ternak sehingga menyulitkan para peternak sapi di negeri ini. Namun dengan dipastikannya bahwa daun kelapa sawit dan bungkil kelapa yang diolah itu dapat menjadi pengganti nutrisi bergizi bagi sapi, adalah sebuah kenyataan yang sangat menjanjikan harapan bagi kita semua. Dan Sumatra yang menjadi gudang kelapa sawit siap memproduksi pakan ternak yang murah dan berlimpah.

Namun setelah persoalan pakan ternak selesai, rupanya persoalan lain muncul. Karena bibit sapi ada di NTT/NTB, dimana letaknya sangat berjauhan. Pengangkutan anak sapi ke Sumatra tentunya bukan solusi karena akan memakan biaya transportasi yang tinggi. Sementara daun sawit yang selama ini kelihatannya terbuang, ternyata pada dasarnya menjadi pupuk bagi pohon itu sendiri. Jadi jika daun itu diangkat dari kebun, maka pohon sawit akan kehilangan salah satu pupuk alaminya.

Berbeda jika sapi memakan daun tersebut di lokasi, maka kotoran sapi akan menjadi pengganti pupuk yang hilang tersebut.

Karena persoalan tersebut, maka timbullah ide baru yang salah satunya adalah harus ada program khusus membuat anak sapi sebanyak-banyaknya di Sumatra. Agar sapi-sapi itu kelak dapat bersimbiosis mutualisme dengan kelapa sawit dimana ratusan ribu hektar luasnya.

Inilah seni sebuah usaha. Dimana satu persoalan teratasi, muncul persoalan lainnya. Namun sesungguhnya beginilah hidup. Dimana manusia memang harus selalu mengerahkan segala daya dan upaya dalam mencapai sebuah tujuan. Dan sebaik-baik tujuan adalah membawa manfaat bagi sebanyak-banyak umat manusia. Jika upaya atau usaha itu dicermati, polanya akan selalu sama dan sebangun. Masalah satu teratasi, muncul persoalan berikutnya di depan mata.

Jalan hidup setiap kita memang pastilah berbeda satu sama lainnya. Besar kecilnya resiko atas masalah yang terjadi pun beragam jenisnya. Tapi percayalah, bahwa persoalan demi persoalan pasti datang silih berganti. Perbedaan skala kala kecil, menengah dan besar itu ternyata hanyalah sebatas sudut pandang setiap kita.

Maka menyambut matahari yang kian naik sepenggalah, marilah kita memperbarui misi dalam diri. Memproduksi harapan tiada henti. Menyalakan semangat dan menggali inspirasi demi inspirasi. Menyelipkan do’a-do’a terbaik pagi ini. Agar sudut pandang kita pun semakin melebar dan meluas seiring berjalannya waktu....

Sehingga berbagai rintangan dan masalah hari ini menjadi lebih lebih ringan dan mudah adanya. Semoga.... :):)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun