Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Horor: Sumur Tua Sekolah (5)

13 Juni 2020   12:22 Diperbarui: 13 Juni 2020   12:16 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pintu kelas tepat di samping Diko berdiri, mulai terbuka secara pelan. Seolah ada yang membuka pintu. Lalu, ada suara kursi tergeser. Suara langkah kaki perlahan terdengar mendekatai. Suara langkah itu semakin keras terdengar. Semakin dekat, dekat, dan dekat.

Gemetara, Diko masih berusaha, menggerak-gerakkan center, siapa tahu bisa hidup kembali. Diko mulai cemas.

"Ayolah, kumohon center... hiduplah..." Ia juga menyalahkan diri sendiri mengapa di saat genting seperti ini ia lupa membawa Handphone. Setidaknya, lampu handphone mampu memberinya penerangan.

Sebenarnya Diko ingin berlari saja, namun rasa penasaran mengalahkan segalanya. Dipukul-pukulkan center itu, belum juga hidup.

Sementara kursi di dalam kelas mulai berasa ada yang mengakat, dan dilemparkan.

"brak....." keras sekali, seperti orang yang sedang emosi, dan membanting kursi sejadi-jadi.

Lampu center Diko masih belum hidup,

Dari belakang ia mendengar suara siswa pria tertawa pelan. Ia terdengar, lalu kemudian menghilang. Suara tertawa, kini berubah menjadi tangisan. Leher belakang diki dingin, seperti ada seseorang yang meniupkan udara. Suasana semakin mencekam.

Suara tangisan, kini berubah menajadi soerang pria yang bersiul-siul melanggamkan lagu lingsir wengi. Langgam Jawa yang sering Diko dengar di film horor di TV.

"ayolah... ayolah." Drama center dan PLN malam itu memang membaut suasana menjadi semakin mencekam.

Tiba-tiba ada sekelebat bayangan seorang laki-laki berlari kecang tepat di depannya. Diko, alihkan pandangan pada bayangan itu, namun hilang ditelan gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun