Mohon tunggu...
Dinda Annisa
Dinda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penterjemah Lepas

Based in Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Wanita Muslim Kashmir Memecahkan Hambatan Gender, Bersinar dalam Olahraga (1)

22 Juli 2022   18:06 Diperbarui: 22 Juli 2022   18:10 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain bola basket kursi roda Insha Bashir. | Sumber: News Bharati

Oleh Dinda Annisa

Banyak orang di dunia tidak begitu tahu tentang Jammu dan Kashmir (J&K), Wilayah Persatuan di India, dan wanita-wanitanya yang luar biasa.

Wanita Kashmir telah unggul dalam olahraga dengan memecahkan hambatan gender dan membawa kemenangan ke negaranya di arena internasional serta provinsi mereka. Koresponden olahraga Rising Kashmir Yaqoob Ali mewawancarai beberapa olahragawati terkemuka Kashmir sehubungan dengan Hari Perempuan Internasional pada bulan Maret tahun ini. Berikut beberapa kisah mereka. Ini adalah bagian pertama dari dua bagian.

Insha Bashir

Insha Bashir adalah seorang wanita Muslim Kashmir yang berusia 27 tahun dari desa Beerwah di Distrik Budgam di J&K.

Ia adalah orang yang paling malang. Insha adalah gadis normal yang sehat, yang menyukai kriket dan bola voli, sampai usia 14 tahun ketika ia didiagnosis menderita sakit maag yang menyebabkan pendarahan saat ia batuk. Itu adalah awal dari penderitaannya.

Pada usia 15 tahun, Insha jatuh dari balkon rumahnya setelah muntah darah dan kehilangan keseimbangan. Ia menjalani operasi sumsum tulang belakang, tetapi sia-sia. Insha tidak bisa berjalan dan hidupnya terikat pada kursi roda secara permanen. Ia pun merasa hancur.

Namun, semangatnya tidak berkurang. Ia belajar bola basket, yang menjadi bagian darinya seperti kursi roda. Bola basket merupakan olahraga yang didominasi oleh kaum pria.

"Menurutnya permainan ini sangat menarik dan ia didorong oleh antusiasme mewakili negara bagian Jammu & Kashmir, sehingga, ia memotivasi dan menginspirasi orang lain di lembah untuk mengatasi hambatan dan rintangan mereka dan melakukan kegiatan olahraga," tulis situs theoptimistcitizen.com beberapa waktu lalu.

"Ini adalah jalan saya yang memotivasi saya untuk membuktikan potensi saya kepada dunia. Insha sebagai olahraga memiliki peran besar dalam membuat saya kuat," kata Insha kepada theoptimistcitizen.com.

Dengan tekad dan kerja kerasnya yang kuat, Insha menjadi pebasket wanita pertama yang mewakili India di kancah internasional.

"Ia menjadi inspirasi bagi penyandang disabilitas tidak hanya di lembah tetapi di seluruh dunia meskipun menghadapi berbagai kesulitan karena kecelakaan yang menyebabkannya kehilangan kedua anggota tubuhnya," tulis harian berbahasa Inggris Rising Kashmir baru-baru ini.

Insha, menurut Rising Kashmir, mewakili India di AS pada bulan Maret 2019, dan berpartisipasi dalam kejuaraan nasional di Mohali Punjab pada tahun 2019 saat mewakili J&K, sebagai kapten tim putri. Timnya mencapai perempat final untuk pertama kalinya, berkat Insha. Untuk ini Insha dinobatkan sebagai Player of the Year pada tahun 2019.

Insha mengatakan bahwa begitu kita memiliki tekad yang cukup untuk melakukan sesuatu dalam hidup, Yang Mahakuasa akan datang membantu kita, selain dukungan dari orang-orang baik di sekitar kita. Dengan kemauan keras, kita dapat melihat diri kita dalam posisi yang lebih baik.

Insha juga aktif dalam pelayanan sosial dan saat ini sedang menempuh studi Magister Pekerjaan Sosial dari Universitas Delhi.

Insha ingin bekerja keras dan membuat Kashmir dan negaranya bangga karena ia bermimpi untuk menjadi seorang Olympian.

Nadiya Nighat

Pelatih sepakbola perempuan Nadiya Nighat (kanan) sedang melatih anak-anak. | Sumber: The Guardian
Pelatih sepakbola perempuan Nadiya Nighat (kanan) sedang melatih anak-anak. | Sumber: The Guardian

Pernahkah Anda mendengar tentang sepak bola atau pelatih sepak bola wanita?

Nadiya Nighat, seorang Muslim dan penduduk asli Rambagh di Srinagar, telah meruntuhkan batasan gender untuk menjadi pelatih sepak bola wanita pertama di J&K.

Nadiya, yang berasal dari daerah mayoritas Muslim di India, menjadi terkenal secara nasional dan internasional.

The Guardian yang berbasis di London menerbitkan artikel khusus tentang Nadiya.

Nadiya yang berusia 25 tahun, penggemar berat Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, memberikan pelatihan tidak hanya kepada anak perempuan tetapi juga anak laki-laki setiap hari. Ia sendiri adalah pemain sepak bola terkemuka, yang mulai bermain sepak bola di usia 12 tahun pada tahun 2007.

Bagi Nadiya belajar dan berlatih sepak bola di Srinagar adalah tugas yang berat.

"Awalnya perjalanannya tidak mudah sampai ia mendapat pengakuan, tetapi kerja keras dan tekadnya yang kuat membuat keluarganya mendukung ambisinya," tulis Rising Kashmir.

Nadiya akhirnya membalikkan keadaan dan bahkan mendapatkan rasa hormat dengan memberi contoh bagi para gadis di lembah Kashmir.

"Sejujurnya, kadang-kadang saya merasa sedih karena penghinaan dan tekanan keluarga," kata Nadiya kepada The Guardian.

"Tetapi saya tidak pernah kehilangan harapan untuk setidaknya terus mencoba. Bagaimanapun, kita bermain untuk mempelajari sesuatu dalam hidup kita. Impian saya adalah melatih pemain saya selama mungkin, terlepas dari jenis kelaminnya."

Awalnya, menurut Rising Kashmir, Nadiya bermain dengan anak laki-laki karena tidak ada anak perempuan yang bermain sepak bola saat itu di Kashmir. Ia pernah dihentikan dari berpartisipasi dalam final karena ia seorang gadis. Niadiyah dulu bermain di tim putra di turnamen lokal.

Ia bahkan diejek dan disuruh menahan diri untuk tidak bermain-main dengan mereka; bahkan terkadang anak laki-laki juga diejek karena bermain dengannya.

"Setiap kali saya berada di luar selama beberapa jam, ibu saya sering keluar untuk mencari saya. Beliau dulu memukuli saya karena bermain dengan anak laki-laki, tetapi sekarang, semua ini telah berubah dan saya mendapat dukungan penuh dari mereka untuk apa yang saya lakukan," ungkapnya kepada The Guardian.

Ayah Nadiya, Mohammad Sidiq Batloo, juga bangga dengan prestasinya.

"Saya senang melihat seberapa jauh perjalanannya setelah menghadapi banyak kesulitan. Caranya bertarung, saya bangga padanya," ujar Batloo kepada The Guardian.

Nadiya telah memainkan banyak liga termasuk liga nasional sekolah U-19 2010, kejuaraan nasional senior All India 2015, Liga Wanita India 2016, kejuaraan nasional Senior All India 2018, kejuaraan nasional Senior All India 2021, Liga Wanita Karnataka 2020, serta liga Wanita Delhi 2021.

Niadiyah juga memiliki keterampilan kewirausahaan.

Pada usianya yang ke-19 atau pada tahun 2015, Nadiya mendirikan Jeeya Jaan (nama panggilannya) 7 Football Club, yang terinspirasi dari Ronaldo.

"Setiap kali saya merasa perlu memperbaiki beberapa hal, saya akan beralih ke YouTube untuk menonton video CR7," katanya.

Nadiya telah menyelesaikan kursus sertifikasi Federasi Sepak Bola India (AIFF) pada tahun 2014, kursus pelatihan Lisensi AIFF D pada tahun 2015, Institut Olahraga Nasional (NIS) singkat dari Patiala pada tahun 2016 dan kursus Lisensi AIFF C pada tahun 2018.

Menurut Rising Kashmir, Nadiya ingin melihat anak-anak Kashmir bermain di luar J&K. Rencana masa depannya adalah untuk membuat tim wanita J&K menjadi tim yang lebih baik tidak hanya di J&K, tetapi juga di seluruh negeri.

Arifa Bilal

Pemain powerlifting wanita Arifa Bilal. | Sumber: Feminism in India
Pemain powerlifting wanita Arifa Bilal. | Sumber: Feminism in India

Siapa bilang wanita lemah?

Perkenalkan, Arifa Bilal, yang berusia 24 tahun, atlet angkat besi wanita pertama J&K, yang beranggapan bahwa beberapa wanita juga kuat.

Arifa disebut "Wanita Besi Gujjar". Ia berasal dari desa Gujjar di distrik Ganderbal, J&K.

Ia memenangkan dua medali emas dalam kejuaraan Powerlifting Benchpress dan Deadlift nasional ke-4 yang diadakan di Assand, Haryana, yang diselenggarakan oleh Raw Powerlifting Federation of India.

Arifa juga memecahkan rekor nasional dengan mengangkat 130 kilogram dalam kategori deadlift wanita di bawah 55 kg dalam kejuaraan tersebut. Ia telah dipilih untuk tim India untuk bergabung dalam kejuaraan powerlifting internasional.

Ia telah memenangkan begitu banyak medali di berbagai turnamen tingkat negara bagian dan nasional.

Meski berasal dari keluarga miskin, Arifa tertarik dengan olahraga sejak kecil dan mulai belajar seni bela diri Sqay. Ia adalah pemegang sabuk hitam di Sqay dan memenangkan beberapa medali di berbagai kompetisi.

Arifa, yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Government Degree College di Ganderbal, memiliki ambisi besar untuk mempersiapkan para wanita untuk memerangi kejahatan di Kashmir. Pada tahun 2020, Arifa memutuskan untuk membuka pusat kebugaran di Ganderbal untuk melatih gadis-gadis muda dalam bela diri.

"Membuka pusat kebugaran bukanlah pekerjaan mudah bagi wanita di Kashmir. Saya banyak dikritik oleh semua lapisan masyarakat, tetapi anggota-anggota keluarga saya berdiri bahu-membahu dengan saya," jelas Arifa kepada situs Feminism In India.

Arifa telah menjadi inspirasi bagi banyak gadis di desa.

Menurut Rising Kashmir, Arifa percaya bahwa ada banyak potensi pada pemuda Kashmir tetapi orang tua harus mendukung dan membiarkan anak-anak mereka mengejar impian mereka, terutama anak perempuan. (bersambung)

Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun