Mohon tunggu...
Dinda Putri Maulida
Dinda Putri Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa

traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Terakhir

12 Oktober 2025   17:56 Diperbarui: 12 Oktober 2025   17:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar itu menyebut kamu dirawat di RS AMC karena tipes. Aku pikir itu penyakit ringan, tapi waktu berkata lain. Sakitmu tak kunjung membaik. Kamu dipindahkan ke RS Al-Islam, lalu ke RS Hasan Sadikin.

Khawatir. Itu satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaanku waktu itu. Aku tak bisa tenang sebelum menemuimu. Akhirnya aku berangkat ke rumah sakit bersama Arfikha, temanku.

Sesampainya di rumah sakit, aku mencari-cari ruang perawatanmu, bahkan sempat salah masuk beberapa kali. Ketika akhirnya aku menemukanmu, hatiku seketika hancur. Kamu terbaring lemah di tempat tidur, tubuhmu tampak susah bergerak, dan selang oksigen menempel di hidungmu. Aku menahan tangis agar tetap terlihat tegar di hadapanmu.

Aku bertanya lirih, "Kamu sakit apa? Kenapa bisa sampai begini?" Dengan wajah datar dan suara lemah, kamu menjawab,

"Awalnya aku sakit tipes, terus sempat koma satu hari. Sekarang aku sakit diabetes, jantung, sama paru-paru basah."

Aku terdiam. Dunia terasa berhenti berputar. Aku hanya bisa tersenyum kaku sambil menggenggam tanganku sendiri. Setelah menengok, aku pulang dengan dada yang penuh doa. Setiap kali sujud, aku menyebut namamu. Berharap Tuhan mendengarkan.

Dua bulan berlalu, kondisimu tak juga membaik. Akhirnya, pada akhir November, kamu diperbolehkan pulang. Aku berencana menjengukmu lagi, tapi karena kesibukan di kelas tiga SMA dan persiapan acara perpisahan sekolah, rencana itu tertunda hingga bulan Desember.

Bulan Desember tiba. Aku dan teman-teman pergi ke Pasar Baru Bandung untuk membeli pakaian perpisahan. Entah kenapa, sejak pagi aku merasa gelisah. Ada firasat aneh yang terus mengetuk hati, tapi aku abaikan.Setelah belanja, kami pulang ke rumahku untuk beristirahat.

Sore itu, setelah pulang dan beristirahat di rumah, aku membuka ponsel tanpa alasan jelas. Entah mengapa, mataku berhenti di status WhatsApp seorang temanmu. Saat teman-teman asyik mengobrol, aku membuka status itu dan dunia seolah berhenti---di sana tertulis kabar yang membuat tubuhku gemetar: Zenith telah meninggal dunia.

Aku membeku. Air mataku jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dunia terasa gelap. Semua suara di sekitarku lenyap. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Yang aku tahu, aku kehilangan seseorang yang pernah mengisi ruang terbesar di hatiku. Setelah mencoba menenangkan diri, aku memutuskan pergi ke rumahmu ditemani temanku yang bernama Sienna.

Kepergianmu
Kepergianmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun