Sementara itu, Dinar Ajeng Kristiyanti, M.Kom menyoroti pentingnya digitalisasi sebagai tonggak keberhasilan pemberdayaan masyarakat.
“Dengan adanya website e-commerce, produk daur ulang bisa dipasarkan lebih profesional dan menjangkau pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Bagi masyarakat, perubahan ini terasa nyata. Tri Sugiarti, Ketua Bank Sampah Tri Alam Lestari, menyampaikan apresiasinya:
“Kami belajar banyak dari dosen dan mahasiswa. Selama ini fokus kami hanya mengumpulkan sampah, tapi sekarang kami bisa membuat produk baru seperti sabun cair dan biji plastik, serta memasarkan secara online.”
Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa setiap tahun Indonesia menghasilkan lebih dari 56,63 juta ton sampah, dengan komposisi 39,01% (22,09 juta ton) behasil dikelola dengan baik. Sebanyak 21,85 (12,37 juta ton) sampah masih ditimbun di TPA dengan metode open dumping, sementara 39, 14% (22,17 juta ton) lainnya terbuang ke lingkungan melalui pembakaran, illegal dumping atau dibuang ke badan air.
Melalui program seperti ini, bank sampah didorong untuk tidak berhenti di tahap pengumpulan. Inovasi produk menjadi kunci. Sabun cair dari minyak jelantah, misalnya, tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga menghasilkan produk rumah tangga yang bisa dijual dengan harga kompetitif. Begitu pula biji plastik, yang sangat dibutuhkan industri kreatif.
Digitalisasi lewat website e-commerce pun menjadi jawaban atas tantangan keterbatasan pasar. Produk bank sampah yang dulunya hanya dijual di lingkup komunitas, kini dapat dipasarkan ke konsumen yang lebih luas, termasuk perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap keberlanjutan.
Kegiatan PKM ini menegaskan bahwa bank sampah tidak lagi sekadar tempat menabung sampah. Dengan sentuhan inovasi, pendampingan akademisi, dan dukungan teknologi, bank sampah mampu menjadi motor penggerak ekonomi hijau sekaligus wadah pemberdayaan masyarakat.
Bank Sampah Tri Alam Lestari kini tidak hanya bicara tentang “mengurangi sampah,” tetapi juga tentang menciptakan peluang ekonomi baru, memperkuat kemandirian, dan meretas jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI