“Amor Fati: may this be my love! … Not merely to bear what is necessary, still less to conceal it—but to love it.”
(Amor Fati: semoga inilah cintaku! … Bukan hanya menanggung apa yang perlu, apalagi menyembunyikannya, tetapi setia untuk mencintainya.)
Jadi, “Ja Sagen” adalah sikap aktif yang menegaskan kehidupan. Sedangkan “Amor Fati” merupakan cinta yang lebih dalam terhadap kehidupan yang dijalani.
4. Hubungan dengan Pemikiran Demokritos
Gagasan Amor Fati dan Ja Sagen dikaitkan oleh Nietzsche, dengan pemikiran Demokritos yang dikenal sebagai teori atomisme. Demokritos menyatakan bahwa segala sesuatu tersusun dari atom (a-tomos: “tidak terbagi”), untuk melihat kehidupan sebagai kesatuan utuh yang tidak boleh dipisahkan menjadi bagian baik atau buruk.
5. Contoh Penerapan Konsep “Ja Sagen” dan “Amor Fati”
Situasi: Seseorang kehilangan pekerjaan secara mendadak.
Sikap Biasa: Mungkin merasa hancur, marah, atau menyalahkan nasib saat menghadapi kegagalan
Sikap “Ja Sagen” dan “Amor Fati”: Melalui "Ja Sagen" (menghadapi kehidupan dengan positif) dan "Amor Fati" (menghargai takdir), seseorang memperoleh kemampuan untuk menerima pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai bagian yang wajar dari perjalanan hidup dan berkata dalam hati:
“Ini bagian dari perjalanan hidupku. Aku akan mencintai pengalaman ini sebagaimana aku mencintai keberhasilanku. Dari sini aku akan belajar dan bangkit.”
6. Kesimpulan Konsep “The Will to Power”, “Ja Sagen”, dan “Amor Fati”