Mohon tunggu...
Dimas Syaiful Amry
Dimas Syaiful Amry Mohon Tunggu... Konsultan Pendidikan Alternatif

Pengasuh di Sanggar Perdikan, sebuah wadah belajar bersama pada pendidikan, pengasuhan, dan pemberdayaan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Keluarga Menuju Peradaban

20 September 2025   19:05 Diperbarui: 20 September 2025   19:05 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kini, teknologi digital dan globalisasi menantang bentuk-bentuk tradisional keluarga. Sosiolog Zygmunt Bauman menyebut era ini sebagai "modernitas cair", di mana ikatan sosial menjadi lebih fleksibel, bahkan rapuh. Namun, riset neurosains sosial menunjukkan bahwa kebutuhan dasar akan kelekatan, empati, dan dukungan emosional tetap menjadi fondasi kesejahteraan manusia.

Peradaban modern, dengan segala kompleksitasnya, tetap bergantung pada kualitas relasi terkecil: keluarga dan komunitas. Kegagalan di tingkat mikro---ketimpangan pengasuhan, erosi nilai solidaritas---akan bergema pada tingkat makro berupa krisis sosial, politik, dan ekologis.

Paradoks Dunia Modern

Di balik gemerlap "kemajuan" yang kerap diagungkan, sistem dunia kontemporer menyimpan serangkaian paradoks dan sisi gelap yang semakin sulit diabaikan. Dari kacamata ilmiah, antropologis, dan sosiologis, kita dapat menelusuri beberapa lapisan masalah yang saling bertaut:

1. Krisis Ekologis: Kemajuan yang Menggerogoti Bumi

Pertumbuhan ekonomi global didorong oleh model ekstraktivisme---eksploitasi sumber daya alam yang melebihi daya pulih ekosistem.

Ilmiah: Data IPCC menunjukkan suhu global terus naik, keanekaragaman hayati merosot drastis, dan siklus hidrologi terganggu.

Sosiologis: Pola konsumsi berlebihan memperlebar jarak antara negara maju dan berkembang; masyarakat rentan menjadi korban pertama perubahan iklim.

Antropologis: Relasi manusia-alam yang dulu bersifat sakral berubah menjadi relasi transaksional; tradisi lokal penjaga keseimbangan ekologis terpinggirkan.

Hasilnya adalah dunia yang maju secara teknologi tetapi rapuh secara ekologis---ibarat rumah megah di atas fondasi yang lapuk.

2. Kapitalisme Finansial dan Kesenjangan Struktural

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun