Mohon tunggu...
Dimas Syaiful Amry
Dimas Syaiful Amry Mohon Tunggu... Konsultan Pendidikan Alternatif

Pengasuh di Sanggar Perdikan, sebuah wadah belajar bersama pada pendidikan, pengasuhan, dan pemberdayaan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menembus Kabut Bias di Masyarakat Indonesia

22 Mei 2025   12:42 Diperbarui: 22 Mei 2025   12:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap Kedua: Usia 8--12 Tahun

Saat logika mulai tumbuh dan rasa keadilan muncul, anak mulai bertanya: "Mengapa guru lebih percaya pada si A?" atau "Kenapa orang miskin tidak bisa sekolah?"
Ini adalah masa emas untuk mengasah nalar, bukan dengan dogma, tapi dengan dialog.

Anak diajak berpikir melalui perbandingan sudut pandang, memecahkan konflik sosial kecil, dan melakukan proyek sosial sederhana. Mereka tidak sekadar tahu bahwa menolong itu baik, tapi memahami mengapa menolong itu adil.

Tahap Ketiga: Usia 13--15 Tahun

Di usia ini, kritik tumbuh. Anak mulai mempertanyakan nilai-nilai yang diwariskan. Namun jika tidak didampingi, kritik ini bisa berubah menjadi sinisme.

Di sinilah pendidikan sadar-bias masuk dengan diskusi terbuka, analisis logika media, serta latihan mengenali bias diri dan kelompok. Anak diajak untuk menyadari bahwa pikirannya pun tak luput dari pengaruh lingkungan---dan bahwa berpikir ulang adalah kekuatan, bukan kelemahan.

Tahap Keempat: Usia 16--18 Tahun

Remaja kini telah mampu membaca sistem. Ia mulai melihat struktur: ekonomi yang timpang, politik yang korup, pendidikan yang tidak adil. Maka saatnya ia diajak menyusun ulang dunia kecilnya.

Melalui proyek perubahan nyata, forum debat etis, hingga penulisan esai reflektif, mereka bukan hanya belajar tentang dunia, tapi mulai membangun dunia baru di sekitarnya. Ini adalah tahap pematangan nalar dan nurani.

Tahap Kelima: 18 Tahun ke Atas

Manusia dewasa harus kembali pada pertanyaan-pertanyaan yang pernah ia tinggalkan: "Siapa aku? Apa tujuan hidupku? Untuk apa semua ini?"
Pendidikan di tahap ini bukan soal akumulasi pengetahuan, tapi soal kedalaman makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun